REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR -- Kesehatan mental dan ruhani kini menjadi perhatian banyak pihak, seiring meningkatnya kesadaran bahwa kesejahteraan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Dalam beberapa tahun terakhir, diskusi tentang kesehatan mental dan ruhani mulai bergeser dari ranah tertutup menjadi topik yang lebih terbuka.
Meski demikian, stigma masih kerap membuat sebagian orang ragu mencari bantuan atau sekadar bercerita tentang apa yang mereka rasakan.
Di tengah perubahan ini, pendekatan yang menggabungkan ilmu psikologi dan nilai-nilai spiritual mulai dianggap relevan. Sebab, kesehatan mental dan ruhani bukan hanya soal mengelola emosi dan pikiran, tetapi juga menyentuh sisi batin dan keyakinan seseorang. Ketika dimensi spiritual diikutsertakan, proses pemulihan dapat terasa lebih menyeluruh.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dan rasa memiliki dalam komunitas dapat membantu seseorang menghadapi tekanan hidup. Studi yang dipublikasikan di National Institutes of Health tahun 2024 menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan pasangan dapat menurunkan tingkat kecemasan dan depresi secara signifikan.
Sementara itu, Mayo Clinic Health System menegaskan bahwa ikatan sosial yang erat menjadi faktor pelindung terhadap stres, membantu seseorang lebih tangguh menghadapi situasi sulit.
Upaya mengintegrasikan dukungan psikologis dan pendekatan agama kini mulai diimplementasikan di berbagai kegiatan publik. Melalui forum-forum ini, masyarakat diajak untuk memahami bahwa mencari pertolongan profesional bukan berarti kurang iman, melainkan bagian dari menjaga amanah tubuh dan jiwa yang diberikan Tuhan.
Salah satu inisiatif tersebut akan diwujudkan dalam Bali Muslim Festival, yang digelar pada 13 September 2025 di Sunset Road Convention Hall.
Acara ini diinisiasi oleh komunitas Islam di Bali. Mengusung tema kesehatan mental dan ruhani dari sudut pandang Islam, festival ini ingin menjadi ruang aman bagi siapa saja yang ingin belajar dan berbagi.
“Bali Muslim Festival hadir untuk menjawab kebutuhan ruang aman membicarakan kesehatan mental dan ruhani secara terbuka, namun tetap berlandaskan nilai-nilai Islam,” ujar Ustadz Agus Salim S.Pd.I, pembina dan penanggung jawab acara.
Program yang disiapkan meliputi bazar, talkshow, booth konseling, workshop interaktif, hingga Qur’an journaling.
Semua dirancang untuk memberikan pengalaman yang menyentuh berbagai aspek kehidupan. “Kami ingin menggabungkan ilmu psikologi modern dengan hikmah Al-Qur’an dan Sunnah agar solusi yang dihadirkan menyentuh pikiran sekaligus hati,” tambahnya.
Sejumlah pembicara seperti Dimas Seto, Dhini Aminarti, psikolog, dan para ustaz akan mengisi sesi berbagi pengalaman dan ilmu. Topik yang dibahas meliputi manajemen stres, ketenangan hati, dan kekuatan sabar dalam menghadapi ujian hidup.
"Pesan utamanya adalah bahwa kesehatan mental dan ruhani adalah bagian dari fitrah untuk ibadah. Menjaga hati dan pikiran merupakan wujud syukur kepada Allah, dan mencari bantuan adalah langkah yang mulia, bukan kelemahan,” lanjutnya.
Festival ini terbuka bagi semua kalangan, termasuk non-Muslim, dengan target pengunjung 1.000–1.200 orang. Selain menjadi ajang edukasi, kegiatan ini juga diharapkan dapat mempererat hubungan antarwarga dan memberikan pemahaman bahwa menjaga kesehatan jiwa adalah tanggung jawab bersama.