
Di tengah anjloknya tingkat okupansi hotel dan lesunya sektor pariwisata DIY pasca libur Lebaran dan Waisak, semangat komunitas Harley-Davidson Club Indonesia (HDCI) Kota Yogyakarta justru tak surut. Pada Senin petang, 9 Juni 2025, sekitar 40-an anggota HDCI berkumpul dalam acara gathering di Ndalem Poenakawan, Jalan Ahmad Dahlan No. 71, Yogyakarta.
Acara ini terasa istimewa, bukan hanya karena dihadiri oleh nama-nama besar dalam komunitas roda dua seperti Ndarboy Genk, Ketua HDCI Kota Yogya Mas Pungki, hingga senior HDCI DIY, Babe Mafindo, tetapi juga karena dibuka langsung oleh GKR Mangkubumi, Ketua Kadin DIY sekaligus tuan rumah di Ndalem Poenakawan.
Dalam sambutannya, Mangkubumi menegaskan pentingnya peran komunitas sebagai penggerak ekonomi lokal, terlebih sektor wisata.
“HDCI ini bukan sekadar pengendara motor besar. Mereka adalah duta-duta budaya, pembawa cerita tentang Jogja ke berbagai sudut negeri bahkan mancanegara. Ketika hotel sepi, ketika turis absen, justru komunitas seperti HDCI yang tetap menghidupkan denyut wisata,” ujar GKR Mangkubumi yang disambut riuh tepuk tangan para anggota.
Amanat Ngarsa Dalem: Jadi Brand Ambassador Wisata

Semangat untuk menjadi bagian dari solusi pariwisata Jogja juga diungkapkan Mas Pungki, pengusaha sekaligus Ketua HDCI Kota Yogya.
“Ngarsa Dalem itu pernah wanti-wanti, bahwa HDCI harus jadi brand ambassador wisata Jogja. Jadi tugas kita enggak cuma riding, tapi membawa pesan, membawa cerita. Di mana pun kita riding, nama Jogja harus ikut,” ujar Mas Pungki.

Ia menyebut, tahun ini HDCI Jogja menjadwalkan 18 perjalanan ke berbagai daerah di luar Jawa—dari Ciwidey hingga Manado, Makassar, Kalimantan, dan Sumatera. Perjalanan itu bukan hanya turing, tetapi juga menjadi ajang diplomasi budaya informal.
“Orang luar itu selalu kagum sama rombongan dari Jogja. Kita punya cara riding yang sopan, punya gaya yang khas. Itu yang bikin orang pengen main ke Jogja,” tambahnya.
HDCI dan Makna Persaudaraan: Dari Dentuman Mesin hingga Persahabatan

Dalam suasana santai yang diiringi kopi dan hidangan lokal khas Ndalem Poenakawan, para anggota berbagi cerita tentang makna HDCI di hidup mereka. Salah satu yang hadir adalah Helarius Ndaru Indrajaya—atau lebih dikenal publik sebagai Ndarboy, penyanyi dangdut dan pop Jawa yang tengah naik daun.
“Kalau saya sih bukan ngejar kecepatan. Saya suka riding pelan-pelan di kota. Lihat sudut Jogja, malam-malam, itu bikin Jogja terasa lebih istimewa,” ujar Ndarboy yang kini mengendarai Heritage Softtail 1996.

Bagi Ndarboy, kumpul di komunitas seperti HDCI bukan soal gengsi, tapi soal melepas penat dan berbagi pikiran lintas profesi.
“Di sini enggak penting kamu siapa. Ada musisi, ada pengusaha, ada pensiunan. Tapi kalau udah riding, semua sama. Semua jadi temen ngobrol,” imbuhnya.

Hal senada diungkapkan Babe Mafindo, salah satu anggota senior yang dikenal sebagai “ensiklopedia hidup” Harley-Davidson Jogja.
“Mesin Harley itu bisa dinikmati. Dentumannya, getarannya. Itu bukan sekadar mesin, itu pengalaman,” kata Babe yang menggambarkan sensasi ‘ngopi pagi di depan mesin panas’ sebagai kenikmatan spiritual.
Menurutnya, Harley adalah kendaraan yang harus "dijalani dengan feeling", dan komunitas ini menjadi tempat di mana ‘jiwa-jiwa Harley’ menemukan rumahnya.
Bukan Gaya Hidup Elit, Tapi Pilihan untuk Tetap Istimewa

Anggota HDCI sadar akan persepsi publik tentang mereka. Ada yang menilai komunitas motor besar itu arogan di jalan, ada pula yang menganggap ini sekadar gaya hidup mahal. Tapi bagi mereka, HDCI bukan itu.
“Kami bukan orang arogan, cuma kadang orang enggak tahu. Harley itu bukan motor buat ngebut, tapi buat menikmati. Suara knalpotnya juga khas, bukan buat pamer,” ujar Ndarboy menanggapi stigma yang kerap muncul di media sosial.
Mas Pungki menambahkan, banyak anggota HDCI yang justru memilih Harley karena kedalaman budaya dan sejarahnya.
“Ini soal karakter, bukan harga. Kami jaga kultur ini tetap hidup. Tetap jadi bagian dari narasi Jogja,” katanya.
Menjaga Jogja Tetap Jaya Lewat Roda Dua

Acara gathering malam itu ditutup dengan diskusi ringan tentang rencana-rencana ke depan. Beberapa anggota berharap event internasional Harley-Davidson bisa kembali digelar di Jogja. Mas Pungki menyebut rencana mengajukan Jogja sebagai tuan rumah JBR (Jogja Bike Rendezvous) berskala internasional di tahun mendatang.
“Komunitas bisa membantu perkembangan pariwisata DIY. Kita bisa jadi motor penggerak, apalagi kan memang amanah dari Ngarsa Dalem adalah HDCI Jadi brand ambassador wisata DIY,” pungkasnya.
Malam itu, di halaman Ndalem Poenakawan yang temaram diterangi lampu-lampu kuning, deru mesin Harley seolah jadi penanda: bahwa Jogja masih punya daya, selama komunitas-komunitasnya tak lelah menghidupkan cerita.