Harga minyak mentah naik hampir USD 1 per barel pada penutupan perdagangan Kamis (22/8) waktu AS karena Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas proses perdamaian yang terhenti. Alasan lain, AS sebelumnya menunjukkan tanda-tanda permintaan yang kuat di negara konsumen minyak teratas.
Mengutip Reuters pada Jumat (22/8) minyak mentah Brent naik 83 sen atau 1,2 persen menetap di USD 67,67 per barel. West Texas Intermediate (WTI) ditutup pada USD 63,52 per barel, naik sebesar 81 sen atau 1,3 persen. Kedua kontrak naik lebih dari 1 persen pada sesi sebelumnya.
Jalan menuju perdamaian di Ukraina masih belum pasti, membuat para pedagang minyak berhati-hati setelah aksi jual selama dua minggu terakhir dengan harapan Presiden AS Donald Trump akan segera menegosiasikan akhir diplomatik perang Rusia dengan tetangganya.
Rusia pada hari Kamis (21/8) meluncurkan serangan udara besar-besaran di dekat perbatasan Ukraina dengan Uni Eropa, sementara Ukraina mengeklaim telah menghantam kilang minyak Rusia.
"Beberapa premi risiko geopolitik perlahan-lahan dipompa kembali ke pasar," kata perusahaan penasihat perdagangan minyak Ritterbusch and Associates.
Harga minyak juga didukung oleh penurunan yang lebih besar dari perkiraan dari persediaan minyak mentah AS pada minggu lalu, menunjukkan permintaan yang kuat.
Harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) terpantau mengalami kenaikan pada penutupan hari Kamis (21/8). Berdasarkan situs Barchart, harga CPO untuk kontrak September 2025 naik 1,50 persen menjadi MYR 4.457 per ton.
Selain itu harga batu bara terpantau turun. Berdasarkan situs Tradingeconomics, harga batu bara turun 0,81 persen ke level USD 110.60 per ton.
Batubara berjangka Newcastle turun menjadi USD 111 per ton pada pertengahan Agustus 2025, mencapai titik terendah tiga minggu karena pasar menilai besarnya pembatasan pasokan yang akan dilakukan China.
Data terbaru menunjukkan bahwa produksi batu bara di produsen dan konsumen teratas dunia meningkat sebesar 3,6 persen dari bulan sebelumnya pada bulan Juni, selaras dengan sinyal sebelumnya bahwa mereka berencana untuk meningkatkan produksi sebesar 1,5 persen menjadi 4,82 miliar ton tahun ini setelah rekor jumlah produksi pada tahun 2024.
Harga nikel berdasarkan London Metal Exchange (LME) terpantau turun 0,53 persen menjadi USD 14.929.
Harga timah berdasarkan London Metal Exchange (LME) juga turun 0,68 persen menjadi USD 33.420 per ton.