"Aku bisa nggak ya jadi perenang?," tebersit pertanyaan di benak Iasadewa Satrianya Aji kala dia berumur lima tahun.
Awalnya, bisa berenang adalah kemustahilan bagi Aji yang merupakan penyandang tunanetra total.
Kondisi matanya yang tidak bisa melihat sejak lahir tersebut membuatnya harus beradaptasi menjalani keseharian dengan keterbatasan, termasuk dalam berolahraga.
Namun, itu tidak membuatnya patah semangat. Sejak kecil dia termotivasi untuk membuktikan kepada orang-orang di sekitarnya bahwa dia bisa melewati keterbatasan itu. Dengan semangat tersebut, dia memberanikan diri untuk belajar dan berlatih berenang.
Tak ingin selesai dengan hanya mahir berenang, pemuda kelahiran Juni 2006 tersebut pun juga memberanikan diri untuk mulai mengikuti lomba.
Usahanya dalam berlatih keras pun tak sia-sia. Berbagai perlombaan dari tingkat kota, provinsi, hingga nasional berhasil ia menangi. Pundi-pundi medali dari ajang seperti Pekan Pelajar Nasional dan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) pun telah ia koleksi.
"Saya ingin meraih prestasi lebih tinggi lagi di kompetisi internasional," kata Aji yang saat ini sedang mempersiapkan diri dalam ajang Asean Paragames 2025 di Bangkok, Thailand.
Bukan hanya dalam olahraga, Aji pun bertekad membuktikan dirinya bisa berprestasi dalam bidang akademis.
Banyak orang mengira aji bersekolah di sekolah luar biasa (SLB), tempat yang secara umum diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus. Namun, nyatanya Aji menjalani pendidikan di sekolah umum bersama siswa-siswa ...