REPUBLIKA.CO.ID,BRUSSEL — Negara-negara Eropa melepaskan diri dari ketergantungan mereka pada data ilmiah yang diberikan Amerika Serikat (AS) yang sepanjang sejarah dapat diakses gratis. Eropa mulai memperkuat sistem pengumpulan data ilmiah mereka sendiri.
Termasuk pengumpulan data-data perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Langkah ini menandai respon konkrit Uni Eropa dan pemerintah Eropa lainnya terhadap mundurnya dukungan pemerintah AS pada sains di bawah pemerintah Donald Trump.
Sejak kembali berkuasa, Trump memangkas anggaran berbagai lembaga berbasis sains seperti Administrasi Atmosfer dan Kelautan Nasional (NOAA), Institut Kesehatan Nasional (NIH), Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) dan lembaga-lembaga lain. Ia menutup program-program yang melakukan penelitian terhadap iklim, cuaca, geospasial dan kesehatan serta menutup akses sejumlah basis data untuk umum.
Saat pemangkasan anggaran dan penutupan program dilakukan, pejabat-pejabat Eropa memperingatkan tanpa data cuaca dan iklim AS, maka pemerintah dan bisnis akan kesulitan membuat rencana dalam menghadapi peristiwa cuaca ekstrem. Hal tersebut mempersulit menyusun rencana investasi infrastruktur jangka panjang.
Pada Maret lalu, puluhan negara Eropa mendesak Komisi Uni Eropa segera mempekerjakan ilmuwan AS yang kehilangan pekerjaannya akibat langkah Trump. Pejabat Eropa mengatakan selain kehilangan akses ke data yang menjadi pondasi pemahaman perubahan iklim dan sistem maritim, langkah Trump juga dikhawatirkan menarik AS dari penelitian-penelitian lainnya.
"Situasi saat ini jauh lebih buruk dari yang kami perkirakan, sejujurnya sangat terkejut," kata Menteri Pendidikan dan Penelitian Swedia Maria Nilsson, Kamis (31/7/2025).
Institut Meteorologi Denmark (DMI) menggambarkan data pemerintah AS "sangat amat penting." Lembaga itu mengatakan mereka mengandalkan data-data pemerintah AS untuk mengukur laut es Artik dan suhu permukaan laut.
"Ini bukan hanya isu teknis, data yang dapat diandalkan mendukung peringatan cuaca ekstrem, proyeksi iklim, melindungi masyarakat dan pada akhirnya dapat menyelamatkan nyawa," kata Direktur Pusat Peneliti Iklim Nasional DMI Adrian Lema.
Delapan pejabat Eropa lainnya mengatakan mereka sedang meninjau ketergantungan mereka pada data iklim, maritim dan cuaca AS. Pejabat dari tujuh negara yakni Denmark, Finlandia, Jerman, Belanda, Norwegia, Spanyol dan Swedia mengatakan mereka sedang menyusun program kerja sama penelitian dan pengumpulan data kesehatan dan iklim.