Komandan Satgas Merah Putih II, Kolonel Pnb Puguh Yulianto di Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (13/8/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komandan Satgas Merah Putih II, Kolonel Pnb Puguh Yulianto menjelaskan, misi kemanusiaan membawa 1.000 paket bantuan dengan berat 800 ton, memiliki tantangan sendiri. Apalagi, misi airdrop menggunakan pesawat C-130J Super Hercules harus mengikuti koordinasi yang sudah ditentukan oleh Royal Jordanian Air Force.
"Tantangannya koordinasi dengan pihak Royal Jordan Air Force, sebagai organizer di sana. Yang kedua memang kita datang ke tempat yang belum kita ketahui. Kemudian, ancamannya juga luar biasa, karena masih konflik di sana," kata Puguh kepada Republika di Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (13/8/2025).
Menurut Puguh, belajar dari pengalaman Satgas Merah Putih I yang sukses menjalankan airdrop di Gaza pada 2024, diharapkan misi kali ini berjalan lancar. Dia memperkirakan, dengan dua pesawat sekaligus maka sehari minimal bisa mengirimkan bantuan dalam jumlah empat sortie ke Gaza.
"Sehingga dengan siklus seperti itu, kalau dengan dua pesawat bisa empat sortie sortie, kalau diizinkan Royal Jordan," ucap Puguh yang menjabat Danwing 1 Lanud Halim Perdanakusuma.
Misi Satgas Merah Putih II berlangsung selama 12 hari pada 13-23 Agustus 2025. Dua pesawat C-130J Super Hercules dengan nomor ekor A-1339 menggunakan jalur pendistribusian dari Amman, Yordania. Sedangkan Super Hercules nomor ekor A-1344 menggunakan jalur Pangkalan Al Arish, Mesir.