Danau itu Kembali Cerah

2 days ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi danau rusak, sumber: Pexels.

Senin pagi cerah menyambut kehidupan sekolah dengan penuh semangat di SMP Strada Suka Maju. Di kantin sekolah, tujuh sekawan sedang asyik berbincang sambil menyeruput minuman hangat.

Mereka adalah Roni, sang ketua kelas bijak dan selalu berpikir panjang; Joni, si humoris yang tak pernah gagal membuat teman-teman tertawa; Ali yang dikenal pendiam namun cermat; Rina, si kritis yang sering mempertanyakan keadaan sekitar; Ratmi, gadis ceria penuh semangat; Iskandar, jago olahraga yang juga sangat aktif; dan Midah yang ramah serta mudah bergaul.

Dari balik jendela kantin, mata mereka memandang ke arah Danau Suka Maju yang letaknya tak jauh dari sekolah. Danau yang dahulu jernih dan menyenangkan kini tampak memprihatinkan, berwarna coklat keruh dan dipenuhi sampah plastik di sepanjang tepinya.

“Jelek banget ya sekarang danau itu,” keluh Rina sambil menunjuk tumpukan sampah yang tampak mengambang di permukaan air. Ia menghela napas mengingat masa kecil mereka yang sering bermain dan belajar di sekitar danau itu. “Padahal dulu kita sering main di sana, airnya bersih,” lanjutnya dengan nada penuh nostalgia.

Joni, seperti biasa, menimpali dengan gaya khas, “Iya, butek banget sekarang. Kayak air cucian.” Kalimat itu sontak membuat yang lain tertawa kecil, meski dalam hati mereka mengakui bahwa ucapan Joni ada benarnya.

Namun tidak semua tertawa. Roni hanya menatap danau itu dengan tatapan prihatin. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. “Kita enggak bisa diam aja. Ini rumah dan lingkungan kita. Danau itu butuh bantuan,” katanya tegas, mengajak teman-temannya untuk mulai berpikir lebih serius. Kalimat Roni menggantung di udara, membuat keheningan, seakan-akan memaksa mereka memikirkan tanggung jawab yang mungkin selama ini diabaikan.

Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepala Midah. Dengan mata berbinar, ia berkata, “Bagaimana kalau kita buat gerakan peduli lingkungan? Kita bersihkan danau itu!” Usul yang spontan itu langsung disambut dengan semangat oleh yang lain, seolah-olah mereka sudah lama menunggu momen untuk melakukan sesuatu yang berarti.

Akan tetapi, Ratmi dengan jujur mengutarakan keraguannya. “Tapi, kita cuma anak SMP. Mana bisa bersihkan danau sebesar itu?” katanya lirih, menyuarakan kegelisahan yang mungkin juga dirasakan oleh yang lain.

Tak disangka, Iskandar langsung menyahut dengan semangat khasnya, “Kita bisa mulai dari hal kecil. Mungkin kita bisa buat sesuatu yang bisa menjernihkan airnya.” Ucapan itu menyulut semangat baru di antara mereka.

Mereka saling pandang, mencoba menangkap kemungkinan yang tersembunyi dalam saran Iskandar. Dalam suasana hening yang penuh harapan itu, Roni tiba-tiba teringat sebuah artikel yang pernah ia baca tentang sesuatu bernama ekoenzim. “Ekoenzim itu cairan hasil fermentasi sisa-sisa buah dan sayuran. Katanya bisa menjernihkan air kotor,” jelasnya.

Mata mereka langsung berbinar. Bahkan Ali, yang biasanya hanya mendengarkan, kali ini ikut bersuara dengan antusias, “Wah, keren!” Semangat mulai membara dalam diri ketujuh sahabat itu. Tanpa menunda waktu, mereka pun memutuskan untuk menemui Bu Ratna, guru biologi yang sangat dikenal sebagai sosok peduli terhadap lingkungan.

Ketika mereka menyampaikan ide tersebut, Bu Ratna tersenyum lebar dan mendukung penuh inisiatif itu. Ia menjelaskan bahwa membuat ekoenzim memang membutuhkan ketelatenan, tetapi hasilnya sangat bermanfaat.

“Kalian butuh air, gula merah, dan sisa buah atau sayuran dengan perbandingan 10:1:3,” terang Bu Ratna. “Proses fermentasinya butuh waktu tiga bulan, jadi kita harus sabar.”

Sejak hari itu, sepulang sekolah, ketujuh sahabat tersebut mulai menjalankan aksi kecil mereka dengan tekun. Mereka mengumpulkan sisa buah dan sayuran dari kantin sekolah, warung sayur di sekitar lingkungan, bahkan membawa dari rumah masing-masing.

Dengan arahan Bu Ratna, mereka mencampur semua bahan ke dalam botol plastik bekas besar dan menata rapi di ruang kosong dekat laboratorium. Selama tiga bulan, mereka secara rutin memeriksa fermentasi, mengaduk cairan, mencatat perubahan warna dan bau, bahkan terkadang saling bersaing siapa yang paling rajin mengaduk.

Tiga bulan akhirnya berlalu. Botol-botol besar yang semula berisi campuran bahan organik kini berubah menjadi cairan coklat keemasan dengan aroma asam khas, namun menyegarkan. Hari itu menjadi momen yang dinanti-nanti.

Dengan penuh semangat, Roni, Joni, Ali, Rina, Ratmi, Iskandar, dan Midah berjalan ke tepi Danau Suka Maju, masing-masing membawa botol ekoenzim besar buatan mereka. Bu Ratna turut mendampingi mereka, tersenyum bangga melihat dedikasi para muridnya. Dengan hati-hati, mereka menuangkan cairan itu sedikit demi sedikit ke permukaan air danau.

Pada awalnya, mereka tidak melihat perubahan apapun. Air tetap keruh, sampah masih mengambang, dan bau tak sedap masih tercium. Namun seminggu kemudian, sesuatu yang meng...

Read Entire Article