Gubernur Jakarta Pramono Anung Wibowo menceritakan kisahnya dari sosok yang sebelumnya bekerja dari balik layar lalu kini berubah menjadi pejabat publik yang harus berhadapan langsung dengan keluhan masyarakat.
Cerita ini disampaikannya saat meresmikan gedung kantor Dewan Masjid Indonesia (DMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan Ikatan Persaudaraan Qari-Qariah dan Hafiz-Hafizah (IPQAH), Kota Administrasi Jakarta Selatan di Jalan Ciputat Raya, Kecamatan Kebayoran Lama, Kamis (7/8).
"Dan hampir, ini pengalaman pribadi, dulu ketika jadi menteri dua periode, menjadi Sekretaris [Kabinet] Presiden, saya itu tidak dikomplain orang. Karena ada di panggung belakang, tidak muncul di permukaan. Ngerjakan sesuatu di belakang. Sekarang, urusan apa aja dikomplain," kata Pramono disambut tawa hadirin.
Pramono Anung adalah politikus senior PDIP. Dia kaya pengalaman di dunia legislatif dan eksekutif. Jabatan yang paling dikenal dari Pramono Anung adalah Sekretaris Kabinet pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, mulai tahun 2015 hingga 2024.
Jabatan ini membuatnya tidak sering tampil di publik dibandingkan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, posisi yang diembannya sejak 20 Februari 2025.
Namun demikian, Pramono menegaskan dirinya menikmati menerima komplain dari berbagai unsur. Ia menilai itu merupakan bagian dari tanggung jawabnya sebagai gubernur.
"Dan saya menikmati komplain itu, dan saya sengaja jawab. Bagian dari tanggung jawab pribadi, dan ini menurut saya adalah barokah saya yang saya dapatkan ketika dalam usia yang sebenarnya pengin istirahat," ujar eks Sekjen PDIP ini.
Pram menekankan bahwa dirinya tidak ingin sekadar mengisi jabatan, tetapi benar-benar menjalankan tanggung jawab hingga tuntas.
"Jadi saya tadi tidak mengaminkan apa yang disampaikan Ketua DPRD. Karena betul-betul saya pingin menyelesaikan tugas-tugas itu dengan husnulkhatimah. Karena tidak banyak orang yang bisa melakukan itu," tegasnya menyinggung pidato sebelumnya yang disampaikan Ketua DPRD Khoirudin.
Pemimpin Tak Menyadari Kapan Tak Dibutuhkan
Pramono juga menyinggung tantangan yang dihadapi para pemimpin. Menurutnya, banyak dari mereka yang tidak menyadari kapan saatnya tidak lagi dibutuhkan.
"Problem yang paling utama dan terutama pemimpin itu selalu merasa dirinya dibutuhkan terus-menerus. Yang namanya pemimpin harus tahu, ada saatnya tidak dibutuhkan. Tetapi ketika terpaksa dibutuhkan, harus kerja sekeras-kerasnya," pungkasnya.