Tiga mahasiswa Teknik Pangan Institut Teknologi Bandung (ITB) menciptakan camilan inovatif berbahan dasar kulit pisang dan tepung okara. Mengutip laman ITB, inovasi dengan nama Bañabar ini berhasil meraih juara pertama dalam ajang National Food Technology Competition (NFTC) 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Tiga mahasiswa tersebut, yakni Juan Moratua Sinaga, Amar Arief Raihan, dan Muthya Zidna Tadzkira tergabung dalam tim Hidden JAM. Dalam kompetisi itu, tim ini mengolah dua jenis limbah pangan menjadi soft baked snack bar yang praktis dikonsumsi.
Kulit pisang dan tepung okara sering kali berakhir menjadi sampah dan jarang didaur ulang. Padahal, kedua limbah pangan ini mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh.
Dikutip dari WebMD, kulit pisang kaya akan serat yang dapat membantu melancarkan sistem pencernaan, serta meredakan sembelit maupun diare. Sementara itu, okara yang merupakan ampas kedelai dari sisa pembuatan susu kedelai juga sering terbuang, meskipun memiliki nilai gizi yang tinggi.
Dilansir website resmi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR), okara mengandung serat pangan (dietary fiber), asam amino lisin dan metionin, serta vitamin B yang penting bagi tubuh. Pemanfaatan dua limbah pangan bergizi ini bisa menjadi solusi yang mendukung gaya hidup lebih ramah lingkungan.
Meski begitu, Amar, anggota tim yang mengurus formulasi produk dan analisis gizi, menjelaskan bahwa mereka ingin menciptakan produk yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga fungsional dan relevan dengan gaya hidup anak muda.
“Kami ingin menciptakan produk yang bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga bernilai fungsional dan relevan bagi gaya hidup generasi muda,” jelas Amar, dikutip dari laman ITB.
Selain itu, Muthya menambahkan bahwa riset dan literatur memegang peran penting dalam mengembangkan inovasi ini. Kulit pisang dan okara tidak bisa langsung digunakan sebagai bahan makanan sehingga perlu melalui berbagai proses agar menghasilkan rasa dan tekstur yang tepat.
“Kulit pisang dan okara memerlukan perlakuan awal tertentu agar aman dan optimal secara tekstur maupun rasa. Di sinilah riset dan literatur berperan besar,” ujarnya.
Tak hanya fokus pada formulasi produk, Muthya juga menganalisis dampak lingkungan dari produk mereka. Ia merancang strategi pengemasan menggunakan metode Modified Atmosphere Packaging (MAP) agar produk bisa lebih tahan lama.
Bagaimana menurut kalian?