Pemerintah Bangladesh mengumumkan akan mengadakan pemilu satu tahun setelah eks Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina lengser.
Penyelenggaraan pemilu diumumkan oleh pemimpin sementara Muhammad Yunus di penghujung perayaan yang oleh masyarakat disebut sebagai 'pembebasan kedua' negara.
Sheikh Hasina lengser setelah demonstrasi besar-besaran yang dipimpin mahasiswa menuntutnya untuk mengundurkan diri. Hasina kemudian melarikan diri ke India pada 5 Agustus 2024.
Yunus yang merupakan peraih Nobel diangkat menjadi pemimpin pemerintah sementara. Ia menjanjikan reformasi, namun janji reformasi itu dinilai sulit diwujudkan di tengah gejolak politik yang masih berlangsung dan perjuangan untuk menegakkan keamanan dan keadilan.
Penetapan tanggal pemilu merupakan salah satu isu yang memecah belah politisi Bangladesh. Yunus kemudian mengusulkan Juni 2026 sebagai tanggal pemilu yang potensial.
Dikutip dari BBC, Kamis (7/8), perwakilan Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) termasuk partai Jamaat-e-Islami Islamis dan Partai Rakyat Nasional (NCP) yang dipimpin mahasiswa ikut bersama Yunus di atas panggung dalam perayaan 'pembebasan kedua' di ibu kota Dhaka pada Selasa (5/8).
Dalam kesempatan itu, Yunus mengatakan akan bersurat kepada Komisi Pemilihan untuk meminta agar pemilu diadakan sebelum Ramadhan pada Februari 2006.
"Selama bertahun-tahun, satu pun di antara kita tidak bisa memilih. Kali ini, kita akan memilih. Tidak seorang pun yang terabaikan. Mari kita semua mengatakan, 'saya memberikan suara saya untuk menempatkan negara ini di jalur pembangunan Bangladesh yang baru'," kata Yunus.
Yunus juga menegaskan kembali janji-janji reformasi dengan membacakan 'Deklarasi Juli' yang berupaya mengakui aksi protes yang dipimpin mahasiswa untuk melengserkan Hasina.
Kepemimpinan Hasina diwarnai dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, pembunuhan, dan pemenjaraan rival politik. Anggota pemerintahan Liga Awami dengan kejam menindak tegas perbedaan pendapat.
Aksi protes yang dipimpin mahasiswalah yang menjadi titik balik. Aksi protes yang menuntut agar pemerintahan Hasina mundur meluas , dan pada akhirnya membuat Hasina melarikan diri.