REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga Mei 2025, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah menyalurkan zakat sebesar Rp65,6 miliar kepada 240.075 penerima manfaat.
“Zakat yang kami salurkan diharapkan tidak hanya membantu kebutuhan dasar masyarakat, tetapi juga menciptakan kemaslahatan yang lebih luas dan berkelanjutan,” ujar Direktur Utama BSI, Anggoro Eko Cahyo, saat peluncuran Green Zakat Framework di Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Penyaluran zakat BSI meliputi program Desa BSI, BSI Scholarship, hingga Sentra UMKM BSI. Dari sisi zakat korporat dan pegawai, distribusi telah mendekati Rp1 triliun, termasuk program desa binaan, daur ulang botol plastik lewat RVM, serta pemberdayaan masyarakat miskin.
Pada kesempatan yang sama, BSI meluncurkan Green Zakat Framework, kerangka zakat hijau pertama di dunia yang mengintegrasikan nilai keberlanjutan dalam zakat. Dengan pendekatan ini, zakat tidak hanya berfungsi mengentaskan kemiskinan, tetapi juga menjaga lingkungan serta mendukung pembangunan berkelanjutan.
Hingga Juni 2025 (unaudited), BSI juga menyalurkan pembiayaan berkelanjutan sebesar Rp 72,8 triliun, tumbuh 19,3 persen yoy. Terdiri atas green financing Rp 15,3 triliun (naik 14,5 persen yoy) dan social financing Rp 57,5 triliun (naik 20,6 persen yoy).
Anggoro menegaskan, strategi ini merupakan bagian dari peran BSI sebagai agen perubahan. “Hal ini merupakan bagian strategis bank sebagai agen perubahan dalam bisnis berkelanjutan, menjaga kelestarian lingkungan, memastikan pertumbuhan ekonomi yang merata, menjaga daya saing nasional, serta memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi krisis iklim global,” katanya.
BSI juga meluncurkan berbagai inisiatif hijau, seperti green building, program one home one tree, pembangunan charging station, dan penggunaan kendaraan listrik operasional. Bank ini telah menerapkan standar ISO 26000 melalui pilar Sustainable Beyond Banking serta memimpin ekosistem ZISWAF.