Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menargetkan tambahan target jaringan gas (jargas) rumah tangga sebesar 1 juta sambungan pada tahun 2026.
Hal tersebut dikatakan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana. Dia mengatakan, total kebutuhan anggaran jargas mencapai Rp 5,8 triliun, mencakup target jargas tahun ini sebesar 115.264.000 sambungan rumah (SR), dan tahun depan sebanyak 1 juta SR.
"Targetnya 1 juta rumah tangga, tahun depan dianggarkan Rp 4,8 triliun, kemudian tahun ini dianggarkan Rp 1 triliun, sehingga totalnya menjadi Rp 5,8 triliun," ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR, Rabu (3/9).
Meski dianggarkan sebesar Rp 1 triliun pada tahun ini, pembangunan jargas diprediksi baru bisa diselesaikan selama dua tahun mendatang. Untuk tahun ini, realisasi anggaran diperkirakan hanya terserap RP 675 miliar.
"Target kita 115.264.000 rumah tangga, dianggarkan Rp 1 triliun, tapi kami mempunyai prognosa baru bisa diselesaikan selama dua tahun, tahun ini ada Rp 675 miliar," jelas Dadan.
Dadan mengatakan, pembangunan jargas ini juga akan dilanjutkan pada tahun 2027. Selain dari APBN, proyek ini juga ada yang non-APBN alias pembiayaan swasta dengan pengawasan Ditjen Migas Kementerian ESDM.
"Untuk pembangunan jargas non-APBN, di sini dianggarkan Rp 2,9 miliar untuk kegiatan-kegiatan fasilitasi, di antaranya adalah untuk penyusunan survei dan studi kelayakan. Kegiatan ini dilakukan oleh Ditjen Migas," ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Yuliot menargetkan jaringan gas bisa mencapai 5,5 juta sambungan rumah (SR) di tahun 2030. Proyek ini dinilai bisa membantu menekan subsidi energi.
Yuliot menyebutkan, jika jargas tersambung kepada 5,5 juta rumah tangga, diprediksi bisa menurunkan impor LPG sebesar 550 kilo ton per tahun (KTPA) dan menghemat subsidi energi Rp 5,6 triliun per tahun.
"Target pengembangan jargas tahun 2030 sebanyak 5,5 juta SR yang diharapkan dapat menurunkan impor LPG sebesar 550 KTPA dan menghemat subsidi sebesar kurang lebih Rp 5,6 triliun per tahun," ungkapnya saat BPH Migas Awards 2024, Kamis (12/12/2024).
Yuliot memaparkan, penyaluran gas diprioritaskan untuk kebutuhan domestik, dilakukan dengan integrasi pipa gas sepanjang Sumatera, serta sepanjang Sumatera-Jawa.
Hal ini, kata dia dilakukan untuk menyalurkan potensi gas bumi dari Wilayah Kerja (WK) Agung yang ada di lepas pantai Bali dan Jawa Timur, serta WK Andaman Aceh untuk dimanfaatkan di Jawa dan Sumatera.
Dia pun mengungkapkan, panjang pipa gas bumi terus meningkat setiap tahun. Hingga November 2024, panjang pipa gas bumi sepanjang 22.520,57 km dengan rincian panjang pipa transmisi 5.370,52 km, pipa distribusi 6.272,92 km dan pipa jargas 10.877,13 km.