Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Pasundan (BEM Unpas) merilis pernyataan sikap terkait peristiwa penembakan gas air mata pada kampus tersebut.
BEM Unpas pun mengecam pernyataan Rektor Unpas, Azhar Affandi, yang sebelumnya menyatakan kampus tersebut kondusif.
"Kami mengecam pernyataan Prof Azhar yang menyebut kondisi kampus kondusif, dan justru membiarkan fakta lapangan padahal bukti nyata menunjukkan aparat menembakkan 48 selongsong gas air mata ke arah massa aksi, posko medis, titik evakuasi, dan sekretariat UKM," ucap Presiden Mahasiswa Unpas, Ridho Dawam, Selasa (2/9).
Mahasiswa Luka hingga Trauma
Akibat penembakan tersebut, kata Ridho, banyak mahasiswa menjadi korban, sesak napas, luka, hingga trauma. Ada juga mahasiswa yang ditangkap dan pada saat pernyataan tersebut dibuat belum dibebaskan. Ridho mengatakan, fasilitas kampus juga rusak akibat penembakan tersebut.
"Alih-alih membela mahasiswa, Prof Azhar lebih menekankan citra institusi ketimbang keberpihakan pada kebenaran," kata Ridho.
BEM Unpas pun melayangkan 5 tuntutan kepada rektor, yakni:
1. Rektor Unpas menyatakan kebenaran bahwa Unpas hari ini tidak dalam kondisi kondusif, dan telah terjadi penembakan gas air mata dalam kampus.
2. Rektor Unpas mengakui adanya represivitas aparat yang dibuktikan dengan adanya kerusakan fasilitas kampus akibat penembakan 48 selongsong gas air mata.
3. Rektor Unpas segera menuntut dan memastikan pembebasan mahasiswa Unpas yang ditangkap dan Rektor Unpas menjemput langsung kawan kami yang ditahan di Polda Jawa Barat.
4. Rektor turun langsung ke jalan bersama mahasiswa, bukan sekadar menyediakan mediasi dan audiensi yang tidak menyelesaikan persoalan.
5. Jika tuntutan ini tidak terpenuhi, maka rektorat diminta untuk mundur dari jabatannya karena gagal membela kebenaran mahasiswa dan marwah akademik.
Rektor Unpas, Azhar Affandi, menanggapi tuntutan tersebut di hadapan langsung para mahasiswa pada Rabu (3/9). Ia pun meminta maaf atas pernyataan sikap yang sempat ia sampaikan.
"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas pernyataan sikap kami sebelumnya yang sepenuhnya belum mendapatkan informasi yang jelas dalam kejadian itu," kata Azhar, Rabu (3/9).
Azhar mengakui, memang telah terjadi penggunaan gas air mata ke kampus Unpas. Ia menyebut penembakan ini sebagai reaksi dari aparat yang dipicu oknum penyusup yang bukan mahasiswa Unpas.
Azhar mengungkapkan mengutuk keras atas tindakan aparat terhadap mahasiswa dan kampus Unpas.
"Kami tentu tidak rela mahasiswa kami dalam menyampaikan aspirasi secara murni ini disusupi oleh oknum-oknum dari kelompok yang tidak bertanggung jawab atau yang tidak jelas," ucap Azhar.