
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia resmi meluncurkan inisiatif baru bertajuk KADIN GEO (Global Engagement Office) sebagai upaya memperkuat peran dunia usaha Indonesia di kancah internasional. Peluncuran ini dilakukan di Paris, Prancis, bertepatan dengan peringatan Bastille Day, tempat KADIN menjadi tamu kehormatan Presiden Prancis.
KADIN GEO akan dipimpin oleh Bernardino Moningka Vega atau akrab disapa Dino, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Hubungan Luar Negeri. Kantor ini dirancang untuk menjadi garda depan KADIN dalam memfasilitasi diplomasi ekonomi, utamanya di sektor perdagangan dan investasi.
Ketua Umum KADIN, Anindya Bakrie, mengatakan pembentukan KADIN GEO selaras dengan arah kebijakan luar negeri Indonesia yang semakin aktif di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
“Pertama-tama, ini hari yang spesial karena di hari kunjungan ke Prancis di mana kita diundang menjadi tamu kehormatan Pak Presiden, di Bastille Day kita meluncurkan KADIN GEO singkatan dari Global Engagement Office. Mengapa? Karena kita melihat pemerintah di bawah pimpinan Pak Prabowo sangat aktif secara internasional,” kata Anindya, dikutip Selasa (15/7).
KADIN GEO akan berperan mendampingi pemerintah dalam berbagai forum multilateral, mulai dari ASEAN, APEC, G20, hingga BRICS, OECD, COP, dan World Economic Forum. Anindya menekankan, kehadiran GEO akan memberikan narasi yang konsisten dan berorientasi pada hasil konkret, terutama penciptaan lapangan kerja melalui peningkatan perdagangan dan investasi.
Peluncuran GEO juga dinilai tepat waktu, mengingat dinamika global tengah diliputi ketegangan isu tarif, termasuk dengan Amerika Serikat. Di sisi lain, sinyal positif datang dari peluncuran EU-Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU CEPA), yang menurut Anindya akan membuka pasar Eropa lebih luas bagi Indonesia.

“Memang baru bulan September ditekan secara formal, lalu mungkin setahun untuk ratifikasi, tapi ini suatu pasar yang sangat besar. Enggak banyak yang tahu bahwa jumlah impor barang ke Eropa itu ada USD 7 triliun. Itu hampir dua kali lipat dari Amerika,” ujarnya.
Meski potensi ekspor ke Eropa sangat besar, Anindya menilai Indonesia belum maksimal memanfaatkannya. Ia berharap keberadaan KADIN GEO bisa menjadi katalisator perluasan pasar, khususnya bagi produk unggulan seperti alas kaki, tekstil, garmen, dan karet yang memiliki pola ekspor mirip dengan pasar AS.
Lebih lanjut, Anindya menekankan pentingnya keterlibatan pemerintah daerah dan sektor swasta, termasuk media, dalam menjembatani agenda global dengan kebutuhan UMKM dan ekonomi lokal.
“Bagaimana menarik benang merah antara aktivitas internasional sampai kepada yang dilakukan hari per hari kepada UMKM kita. Di sini juga kita bisa melihat secara jernih, bahwa walaupun di Indonesia banyak sekali yang menjadi tantangan di ekonomi, itu clear. Tetapi kita juga melihat peluang yang luar biasa,” katanya.
Ia optimistis, jika hambatan tarif dan non-tarif seperti pada produk kelapa sawit dapat diatasi lewat kesepakatan yang jelas, maka nilai perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa yang saat ini mendekati USD 30 miliar bisa berlipat ganda.
“Kalau double itu artinya lebih besar daripada Amerika. Kita tidak mengatakan yang Amerika itu tidak kita fokuskan, kita ingin sekali memfokuskan Amerika, China, dan negara-negara lain. Tapi di sini kebetulan jualannya juga mirip,” tegasnya.