Kompetisi ide inovatif mahasiswa tingkat nasional Innovilleague 2025 resmi berakhir dengan kemenangan tim Jatinewyork dari Universitas Padjadjaran (Unpad). Ajang yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat ini menampilkan gagasan kreatif untuk pembangunan desa dan puncaknya diumumkan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Kamis (14/8/2025).
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, menyerahkan langsung penghargaan kepada para pemenang. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya kontribusi generasi muda melalui riset dan inovasi sebagai modal pembangunan desa.
“Selamat kepada para pemenang. Ide-ide yang lahir dari mahasiswa ini sangat luar biasa. Innovilleague adalah langkah awal untuk implementasi nyata dalam pemberdayaan desa dan pengurangan kesenjangan ekonomi,” ujar Muhaimin.
Tim Jatinewyork berhasil meraih juara pertama lewat karya berjudul “Akselerator Ekonomi Kreatif Berbasis Kerajinan Bambu dengan Metode Community Empowerment untuk Mewujudkan Kemandirian Ekonomi di Desa Babakan Peuteuy”. Inovasi tersebut lahir dari keprihatinan atas kondisi perajin bambu di Jawa Barat yang terdampak pandemi.
“Kami memilih fokus pada bambu karena konkret dan bisa langsung dimanifestasikan, bukan sekadar wacana,” jelas Haris Maulana, anggota tim dari Fakultas Ekonomi Unpad.
Juara kedua diraih tim Passmapres dari Universitas Indonesia dengan gagasan BANGSIAP (Inovasi Digital Desa Berbasis AI dan Sinergi Hexahelix Berkelanjutan). Sementara itu, juara ketiga jatuh kepada tim Simpul Asa dari Unesa dengan karya *Sampang Smart Village Platform Terintegrasi.
Ajang Innovilleague tahun ini diikuti 482 tim dengan total 1.894 mahasiswa dari seluruh Indonesia. Delapan tim terbaik tampil di babak final untuk mempresentasikan ide mereka di hadapan dewan juri.
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Daerah Tertentu, Prof. Abdul Haris, menegaskan bahwa Innovilleague bukan sekadar lomba, melainkan gerakan nasional untuk membangun kesadaran mahasiswa.
“Ini bukan hanya kompetisi. Mahasiswa kita sudah mulai sadar untuk merumuskan gagasan yang berkontribusi nyata. Ke depan, karya ini harus bisa dimonetisasi agar manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat,” katanya.
Selain kompetisi, kegiatan ini juga rangkaian dengan Forum Perguruan Tinggi Nasional yang menghasilkan deklarasi komitmen pendampingan 40.000 desa hingga 2029.