REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Pakar militer dan strategi Brigadir Jenderal Elias Hanna percaya rencana Israel untuk menduduki Kota Gaza dalam waktu empat bulan tidak realistis dan tidak dapat diimplementasikan.
Dikutip dari Aljazeera, Senin (18/8/2025), dia menjelaskan perencanaan yang panjang seperti itu sering kali ditetapkan dalam perang sehingga tidak dapat diimplementasikan di lapangan.
Pekan lalu, Kabinet Keamanan Israel menyetujui rencana untuk menguasai Kota Gaza dan kamp-kamp pengungsi.
Pada Ahad (18/8/2025), Kepala Staf Tentara Penjajah Israel, Eyal Zamir, menyetujui rencana fase perang berikutnya. Tentara akan bergerak ke fase perang berikutnya dari operasi "Kereta Gideon" di Jalur Gaza.
Hanna membuktikan hal ini dengan kegagalan berulang kali tentara Israel untuk mencapai target waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dia menyebutkan contoh seperti tanggal yang ditetapkan pada 27 Oktober dan akhir Desember 2023 untuk mengakhiri pertempuran, mengambil tawanan, dan menduduki Jalur Gaza.
Hanna menunjukkan kepemimpinan militer Israel sendiri mengakui besarnya tugas tersebut seperti pernyataan mantan Kepala Staf Militer Hertzi Halevy bahwa dia hanya membutuhkan waktu empat bulan untuk Kota Gaza dan satu tahun penuh untuk membersihkan daerah tersebut, yang merupakan jangka waktu yang sangat lama.
Faktor waktu
Brigadir Jenderal Elias Hanna menjelaskan bahwa faktor waktu saat ini tidak berpihak pada tentara Israel atau Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang sedang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Pada saat operasi perlawanan yang sedang berlangsung di berbagai poros serbuan menguras kemampuan tentara Israel.
Dinamika pertempuran yang akan datang di jantung Gaza, terutama Kota Tua, menimbulkan tantangan besar terkait pertempuran jarak dekat. Realitas ini membuat jadwal yang diumumkan selama empat bulan praktis tidak dapat dicapai.
Kenyataan ini membuat perencanaan yang digemborkan selama empat bulan praktis tidak dapat dicapai dan bahkan dapat diperpanjang selama bertahun-tahun mengingat efektivitas perlawanan yang terus meningkat.
Mengenai taktik perlawanan yang diharapkan, ahli militer menekankan bahwa taktik tersebut tidak statis, tetapi secara dinamis beradaptasi dengan manuver yang diadopsi oleh tentara pendudukan dan tujuannya.