
Presiden AS Donald Trump kembali memanaskan perang dagangnya dengan menetapkan tarif impor sebesar 50 persen untuk tembaga dan barang dari Brasil. Keputusan ini akan berlaku mulai 1 Agustus 2025.
Trump menyampaikan kebijakan ini lewat unggahan di media sosial Truth Social, menyebut tarif diberlakukan setelah penilaian keamanan nasional terhadap komoditas tembaga berdasarkan investigasi Pasal 232.
Mengutip Reuters, beberapa jam sebelumnya, Trump juga mengirim surat resmi ke Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva bahwa tarif "resiprokal" untuk barang Brasil akan naik dari 10 persen menjadi 50 persen. Langkah ini mengejutkan mengingat hubungan dagang AS-Brasil selama ini relatif seimbang.
Trump menyalahkan pemerintahan sebelumnya atas kemunduran industri tembaga AS. Ia menyebut logam ini penting untuk semikonduktor, pesawat, baterai kendaraan listrik, dan perlengkapan militer. “Amerika akan kembali membangun industri tembaga yang dominan,” ujarnya.
Tarif terhadap Brasil turut disertai kritik pedas terhadap Lula, termasuk soal "persekusi" terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro, serta tudingan soal sensor terhadap platform media sosial AS. Trump juga memerintahkan penyelidikan baru atas dugaan praktik dagang tidak adil oleh Brasil berdasarkan Pasal 301.
Lula menanggapi dengan menyatakan bahwa tindakan sepihak AS akan dibalas sesuai hukum Brasil.

Mantan pejabat perdagangan AS, Brad Setser, memperingatkan potensi perang dagang besar antara dua negara demokrasi ini. “Ini risiko nyata jika tarif bisa diputuskan secara sepihak oleh satu orang,” katanya.
Brasil adalah mitra dagang ke-15 terbesar AS, dengan total perdagangan dua arah senilai USD 92 miliar pada 2024. Produk utama yang diekspor AS ke Brasil meliputi pesawat komersial, minyak mentah, batu bara, dan semikonduktor. Sementara Brasil mengekspor minyak mentah, kopi, baja setengah jadi, dan pig iron.
Trump sebelumnya juga mengumumkan tarif baru mulai 1 Agustus untuk tujuh negara mitra dagang kecil, seperti Filipina (20 persen), Sri Lanka dan Aljazair (30 persen), serta Brunei dan Moldova (25 persen). Negara mitra besar seperti Korea Selatan dan Jepang juga masuk daftar penerima tarif 25 persen jika kesepakatan dagang tidak tercapai sebelum Agustus.
Gelombang tarif baru ini, ditambah rencana Trump mengenakan tarif atas semikonduktor dan obat-obatan impor, memperbesar kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian bisnis.