REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammadiyah kembali merepresentasikan Indonesia dalam mempromosikan perdamaian global. Di Inggris Raya, tokoh perempuan Muhammadiyah Yayah Khisbiyah mewakili Persyarikatan dalam dua forum lintas-agama berskala internasional.
Kedua forum tersebut adalah Jalsa Salana UK 2025, yang diadakan Komunitas Muslim Ahmadiyah pada 25–29 Juli 2025 di Hampshire, serta Minhaj-ul-Qur’an International Peace Conference di University of Warwick pada 2–3 Agustus 2025.
Dalam kedua ajang tersebut, dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta itu memperkenalkan konsep Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah. Menurut Yayah, hal ini sebagai bagian dari upaya internasionalisasi gerakan dan diplomasi moral Muhammadiyah.
Dalam pidatonya di hadapan puluhan ribu peserta Jalsa Salana, Yayah menyampaikan, Islam adalah kekuatan etis untuk membangun keadilan sosial. Agama ini menyediakan tuntunan untuk seluruh aspek kehidupan, bukan sekadar simbol ritual.
“Muhammadiyah melihat Islam sebagai energi etis yang mendorong kerja-kerja kemanusiaan, keadilan sosial, dan perdamaian. Dialog dan kerja sama konstruktif antarkelompok adalah kunci menciptakan masyarakat yang harmonis,” ujar Yayah, dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (6/8/2025).
Ia menegaskan, pentingnya melawan polarisasi dengan menciptakan ruang perjumpaan lintas identitas. “Sebagai Muslim arus utama, saya hadir di sini bukan untuk memperdebatkan perbedaan teologis, tapi untuk menyaksikan cahaya Ilahi dalam setiap insan yang mengucapkan 'La ilaha illallah, Muhammadan Rasulullah,” ucap dia.
Dalam forum Minhaj-ul-Qur’an, Yayah kembali menyuarakan pentingnya epistemologi baru dalam gerakan Islam yang membebaskan serta merangkul perbedaan. Ia juga menyoroti pentingnya peran perempuan Muslim dalam membangun perdamaian yang transformatif.
Pidatonya ditutup dengan kutipan inspiratif dari Nelson Mandela: “People must learn to hate, and if they can learn to hate, they can be taught to love.” Pesan ini ia sampaikan sebagai ajakan untuk memperkuat ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah, dalam semangat Islam rahmatan lil ‘alamin.
Kehadiran Yayah Khisbiyah di dua forum dunia ini memperlihatkan wajah Islam Indonesia yang terbuka, damai, dan berkemajuan. Lebih dari itu, ia mencerminkan kontribusi Muhammadiyah dalam mewujudkan diplomasi perdamaian berbasis nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan universal.