Maryam Daqqa, jurnalis yang dilaporkan syahid akibat serangan Israel ke RS Nasser di Khan Younis, Senin (25/8/2025).
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Tiga jurnalis kembali syahid akibat serangan Israel di Jalur Gaza. Mereka di antara 14 orang yang syahid dalam serangan Israel terhadap rumah sakit Nasser di Gaza selatan pada Senin.
Serangan itu dilancarkan dengan drone bunuh diri Israel. Agresi tersebut menargetkan bagian atas Rumah Sakit Nasser, termasuk atap tempat beberapa jurnalis berdiri.
Juru kamera Hussam al-Masri, kontributor Reuters, syahid dalam serangan itu. Yang juga syahid adalah jurnalis perempuan Maryam Abu Daqqa. Amal Baddah, juru kamera Palestine Today TV, juga dilaporkan jadi korban serangan.
Ketika staf medis datang untuk memberikan bantuan, serangan lain terjadi di sana, melukai beberapa orang, termasuk dua jurnalis. Diantaranya fotografer Hatem Khaled, yang juga seorang kontributor Reuters. Jurnalis Hatem Omar dan Mohammad Salama juga jadi korban serangan itu.
Kematian mereka menambah jumlah pekerja media yang menjadi sasaran dan dibunuh selama perang – setidaknya 240 orang, menurut Kantor Media Pemerintah Gaza. Jumlah tersebut termasuk sejumlah jurnalis Al Jazeera, diantaranya koresponden Anas al-Sharif, yang tewas dalam serangan Israel di Rumah Sakit al-Shifa dua minggu lalu.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam tindakan Israel yang menargetkan jurnalis di Gaza, di mana para jurnalis menghadapi bahaya yang lebih besar dibandingkan di tempat lain di dunia.
“Tidak ada konflik dalam sejarah modern yang menyebabkan jumlah jurnalis terbunuh lebih banyak dibandingkan genosida Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza,” kata Amnesty International.
Banyak jurnalis di Gaza terbunuh di Palestina. Koresponden Al Jazeera Hind Khoudary mengatakan hal ini karena setelah perang selama dua tahun listrik dan internet tidak tersedia. Ini sehingga jurnalis Palestina menggunakan layanan ini di rumah sakit untuk terus melaporkan.
“Kami selalu memantau kasus-kasus warga Palestina yang terluka, pemakaman, dan malnutrisi yang selalu dipindahkan ke rumah sakit. Itulah sebabnya jurnalis Palestina menjadikan rumah sakit sebagai basis mereka dan akhirnya menjadi sasaran.”