REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru menemukan bahwa udara dalam ruangan, termasuk di dalam mobil, dipenuhi oleh partikel mikroplastik tak kasatmata yang berpotensi membahayakan kesehatan. Rata-rata orang dewasa diperkirakan menghirup sekitar 68 ribu partikel mikroplastik setiap hari, atau setara dengan tiga hingga empat partikel setiap tarikan napas.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah PLOS One oleh tim peneliti dari Geosciences Environnement Toulouse, Prancis. Mereka menggunakan teknik Raman spectroscopy untuk mendeteksi partikel plastik berukuran mikro yang sebelumnya luput dari pengamatan.
Salah satu temuan paling mengejutkan datang dari udara di dalam kendaraan. Konsentrasi mikroplastik di kabin mobil tercatat mencapai 2.238 partikel per meter kubik, jauh lebih tinggi dibandingkan 528 partikel per meter kubik yang ditemukan di udara dalam rumah.
Interior kendaraan yang dipenuhi bahan sintetis seperti polyamide dan plastik pada dashboard, dianggap sebagai sumber utama pelepasan partikel plastik akibat gesekan, getaran, suhu tinggi, dan paparan sinar matahari.
"Lingkungan dalam kendaraan menjadi hotspot kontaminasi mikroplastik. Padahal, orang rata-rata menghabiskan sekitar 5 persen waktu harian mereka di dalam mobil, menjadikan kabin kendaraan sebagai salah satu sumber paparan terbesar terhadap mikroplastik melalui udara," kata peneliti seperti dilansir dari Study Finds, Sabtu (2/8/2025).
Dari total partikel yang dianalisis, sekitar 94 persen berukuran di bawah 10 mikrometer, dan 97 persen berbentuk pecahan tak beraturan, bukan serat atau benang. Di antara jenis plastik yang paling umum ditemukan adalah polyethylene, bahan utama dalam kantong plastik dan wadah makanan, yang mendominasi partikel di udara rumah tangga.
Partikel plastik berukuran besar biasanya disaring oleh sistem pernapasan atas dan dikeluarkan melalui batuk atau tertelan. Namun, partikel mikro berukuran 1-10 mikrometer bisa lolos dari mekanisme pertahanan tubuh, menetap di jaringan paru-paru, dan berkontribusi terhadap paparan internal plastik dalam tubuh.
Paparan mikroplastik melalui udara juga bisa memperbesar risiko gastrointestinal. Partikel yang tidak terhirup hingga ke paru-paru akan tertelan dan masuk ke sistem pencernaan, memberi kontribusi tambahan terhadap asupan mikroplastik harian di luar dari makanan dan minuman.
"Mikroplastik ukuran 1-10 mikrometer mudah masuk ke dalam paru-paru dan aliran darah. Partikel sekecil ini berisiko menimbulkan gangguan hormonal hingga kanker, karena dapat membawa bahan kimia beracun atau menyerap polutan dari lingkungan," jelas peneliti.
Meskipun dilakukan di Prancis, hasil penelitian ini sejalan dengan temuan serupa dari berbagai negara lain. Peneliti menyebut fenomena ini sebagai masalah global, bukan kasus lokal.
Sebagai tindak lanjut, para ilmuwan mendorong perlunya penelitian lanjutan untuk mengevaluasi bagaimana faktor-faktor seperti ventilasi ruangan, bahan bangunan, jenis furnitur, dan sistem penyaringan udara dapat memengaruhi tingkat paparan mikroplastik.
"Memahami bagaimana mikroplastik tersebar di udara yang kita hirup adalah langkah awal untuk membangun sistem perlindungan kesehatan jangka panjang," kata para peneliti.