Bahkan generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, banyak yang mulai beralih mencoba matcha. Mereka tertarik bukan hanya karena rasanya yang unik, tapi juga karena matcha identik dengan gaya hidup sehat.
Reuters bahkan melaporkan bahwa permintaan global terhadap matcha melonjak tajam dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh konsumen muda yang mencari alternatif minuman yang dianggap lebih baik bagi tubuh.
Dikutip dari The Conversation, matcha bahkan disebut sebagai superfood. Seperti teh hijau dan teh hitam, matcha berasal dari tanaman camellia sinensis. Bedanya terletak pada cara penanaman dan pengolahannya.
Teh hitam difermentasi, teh hijau biasa hanya dikeringkan, sementara matcha ditanam dengan cara diberi naungan selama beberapa minggu sebelum dipanen.
Metode ini mengubah kandungan kimia dalam tanaman, meningkatkan zat seperti klorofil dan asam amino, sekaligus memberi matcha rasa khas dan warna hijau pekat. Daunnya kemudian dikeringkan dan digiling halus menjadi bubuk sesuai dengan namanya dalam bahasa Jepang yang berarti “teh bubuk”.
Bedanya terletak pada cara penanaman dan pengolahannya. Teh hitam difermentasi, teh hijau biasa hanya dikeringkan, sementara matcha ditanam dengan cara diberi naungan selama beberapa minggu sebelum dipanen.
Metode ini mengubah kandungan kimia dalam tanaman, meningkatkan zat seperti klorofil dan asam amino, sekaligus memberi matcha rasa khas dan warna hijau pekat. Daunnya kemudian dikeringkan dan digiling halus menjadi bubuk sesuai dengan namanya dalam bahasa Jepang, yang berarti “teh bubuk”.
Matcha juga menawarkan manfaat yang mirip dengan teh hijau karena kandungan polifenol yang tinggi, termasuk flavonoid yang dikenal sebagai antioksidan. Bedanya, karena daun matcha dikonsumsi utuh dalam bentuk bubuk, konsentrasi zat bermanfaat ini bisa lebih tinggi.
Selain antioksidan, matcha juga bermanfaat untuk antimikroba, antiinflamasi, anti-obesitas, hingga antikanker. Matcha juga dipercaya bisa meningkatkan fungsi otak, meredakan stres, menjaga kesehatan jantung, hingga membantu mengatur kadar gula darah.
Namun, sebagian besar bukti masih berasal dari penelitian di laboratorium (sel dan hewan), bukan uji klinis besar pada manusia. Jadi, meski hasil awal menjanjikan, klaim ini belum bisa dianggap pasti.
Satu hal yang jelas, matcha mengandung kafein lebih banyak daripada teh hijau biasa, tapi biasanya lebih sedikit dibanding kopi. Kafein sendiri punya manfaat jika dikonsumsi dalam jumlah wajar yaitu untuk meningkatkan fokus, suasana hati, metabolisme, hingga menurunkan risiko penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson.
Jika dibandingkan dengan kopi, keduanya sama-sama mengandung antioksidan dan baik untuk kesehatan jantung. Hanya saja, kopi sudah lebih banyak diteliti dengan panduan konsumsi yang lebih jelas, 3–4 cangkir per hari dianggap batas aman bagi kebanyakan orang.
Untuk matcha, anjurannya sedikit lebih rendah, sekitar 1–3 cangkir per hari, kemungkinan karena kandungan polifenol yang lebih tinggi. Baik teh maupun kopi mengandung tanin dan polifenol yang bisa menggang...