Lampung Geh, Bandar Lampung – Rendahnya daya saing lulusan SMA di Provinsi Lampung yang lulus perguruan tinggi dinilai dipengaruhi banyak faktor, mulai dari kualitas guru, sarana dan prasarana pendidikan, hingga mindset siswa.
Pengamat Pendidikan Universitas Lampung, Muhammad Thoha B.S. Jaya, menegaskan persoalan bukan terletak pada kurikulum, melainkan pada penerapannya di sekolah.
“Bukan masalah kurikulum, karena kurikulum kita sudah berstandar nasional. Hanya saja implementasinya tidak relevan dengan perkembangan saat ini,” ujarnya, saat dikonfirmasi pada Senin (18/8).
Menurutnya, kualitas guru, terutama di daerah terpencil, masih menjadi persoalan serius.
“Masalah yang kita hadapi berupa pemerataan yang pincang. Selain kualitas juga masalah kuantitas guru,” kata Thoha.
Ia menambahkan, keterbatasan sarana dan prasarana seperti laboratorium, perpustakaan, dan akses internet sangat berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.
“Banyak sekolah yang tidak memiliki sarpras, dan itu sangat memengaruhi output serta outcome siswa,” jelasnya.
Lebih jauh, Thoha menyebut tantangan terbesar siswa dalam menghadapi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dan seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) adalah kesiapan mental untuk bersaing.
“Mindset harus diubah agar siswa siap berkompetisi secara akademik,” katanya.
Ia menegaskan, peran pemerintah daerah sangat besar dalam mendukung peningkatan mutu pendidikan.
“Kata kuncinya itu lengkapi sarpras pembelajaran. Lalu perlu strategi dan program pembelajaran yang universal, serta kolaborasi intensif semua pihak,” ujarnya.
Thoha juga menyinggung pentingnya penggunaan Key Performance Indicator (KPI) untuk mengukur efektivitas program pendidikan.
Menurutnya, KPI membantu sekolah dan pemerintah mengevaluasi sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai.
KPI mencakup aspek akademik, seperti nilai rata-rata, tingkat kelulusan, kehadiran, serta keberlanjutan pendidikan siswa.
Selain itu, KPI juga menyentuh aspek non-akademik, manajemen sekolah, hingga tingkat kepuasan siswa dan orang tua.
“Dengan KPI, sekolah bisa melakukan evaluasi kinerja, mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, serta mengambil keputusan berbasis data. KPI juga menjadi bentuk akuntabilitas pendidikan terhadap masyarakat,” pungkasnya. (Cha/Put)