REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar bidang psikologi dari Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim, mengungkapkan tindakan familisida atau pembunuhan yang dilakukan oleh anggota keluarga terhadap keluarganya sendiri, kerap dipicu oleh tekanan mental berat yang tidak tertangani. Dalam banyak kasus, pelaku merasa tidak memiliki jalan keluar atas masalah yang dihadapi.
Masalah yang umum memicu kondisi ini di antaranya beban psikologis, lilitan utang, hingga kesulitan ekonomi yang berkepanjangan. Situasi tersebut dapat semakin memburuk ketika pelaku tidak memiliki support system.
"Ketakutan dan kecemasan bahwa keluarganya akan terlantar atau terancam jika ia tidak ada, bisa menjadi pemicu utama seorang ibu atau ayah memilih untuk menghabisi anak-anaknya," ujar Rose saat dihubungi Republika, Selasa (5/8/2025).
Rose menjelaskan bahwa orang tua yang mengalami tekanan batin luar biasa, terutama jika tidak memiliki tempat untuk berbagi atau mencari pertolongan, bisa merasa hidupnya buntu. Dalam kondisi ini, mereka bisa sampai pada kesimpulan keliru bahwa mengakhiri hidup bersama keluarga adalah satu-satunya jalan keluar.
"Jika ia merasa tidak ada yang bisa mendukungnya, ini akan menjadi beban yang sangat luar biasa. Peran support system dari keluarga dan lingkungan menjadi sangat penting," kata dia.
la juga menyoroti pentingnya kepekaan anggota keluarga atau orang terdekat untuk mengenali tanda-tanda awal depresi. Menurutnya, anak-anak yang masih kecil, belum bisa mengenali kondisi mental orang tuanya. Akan tetapi, anak yang lebih besar atau pasangan dan keluarga besar dapat berperan penting sebagai pendukung emosional.
"Jika suami mengalami kekalutan, istri bisa mengajak berdiskusi dan menjadi support system-nya. Begitupun sebaliknya. Jika tidak memungkinkan, maka peran keluarga besar, atau juga profesional seperti psikolog atau konselor, sangat dibutuhkan," jelas dia.
Rose juga mendorong keterlibatan aktif pemerintah setempat, termasuk kepala desa atau tokoh masyarakat, untuk memberikan pendampingan, terutama jika orang tua tersebut tidak memiliki keluarga yang bisa diandalkan.
"Minimal, kita harus bisa menyelamatkan anaknya terlebih dahulu. Jangan sampai keterlambatan dukungan membuat tragedi itu terjadi," kata dia.
Diketahui, baru-baru ini terjadi kasus tragis di Pantai Sigandu, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Seorang ibu berinisial VM diduga membawa dua anaknya ke tengah laut hingga keduanya meninggal karena tenggelam. VM sendiri selamat setelah terseret ombak ke tepi pantai.
Setelah kejadian, VM ditemukan dalam kondisi linglung dan bersembunyi di dalam toilet umum di sekitar lokasi. KPAl menyebut kasus ini sebagai tindakan familisida.