Truck Body Builder Advisor PT DCVI Hendro Sembodo bilang, sudah menjadi keharusan agen pemegang merek melakukan pemilihan mitra dalam hal ini body builder, mengingat jumlah karoseri untuk truk terbilang banyak di Indonesia.
"Pertama informasi dari rekan diler, kemudian bersama DCVMI (Daimler Commercial Vehicle Manufacturing Indonesia) akan menilai bersama quality assurance independen dari banyak faktor," buka Hendro saat ditemui di Cikarang, Kamis (14/8).
Parameter yang menjadi rujukan sudah barang tentu legalitas dan administrasi perusahaan karoseri. Kemudian kebenaran keberadaan lokasi, tenaga kerja terampil bersertifikat, hingga kelengkapan fasilitas produksinya.
"Dari situ dianalisa administrasinya karena akan berurusan dengan SKLB (Surat Keterangan Laik Bus/Barang yang diterbitkan karoseri setelah pengerjaan selesai), SRUT (Surat Registrasi Uji Tipe oleh Ditjen Perhubungan Darat), dan KIR (uji berkala kendaraan setelah kendaraan beroperasi)," tambahnya.
Tak kalah penting adalah kapabilitas perusahaan dalam hal rancang bangun karoseri sesuai permintaan konsumen. Biasanya bentuk karoseri menyesuaikan kebutuhan di lapangan, bila bisa dikustomisasi sesuai aturan akan menjadi nilai plus.
"Ada RnD, design engineering jenjang sampai stress analysist karoseri. Kemudian lanjut fasilitas, jangan cuma legalitasnya saja, kami cek juga alat untuk painting, bending lempengan baja, laser cutting, perawatan, pengerjaan terkait SOP, kemudian terkait record peralatannya benar apa tidak digunakannya untuk menghindari failure," tukasnya.
Setelahnya lanjut proses pra produksi, produksi, hingga pre delivery inspection sebelum diserahkan ke konsumen. Semua tahapan tersebut mengikuti panduan Mercedes-Benz Truck Bodybuilder Guidelines, termasuk pendampingan teknis dari tim Bodybuilder Advisory (BBA) DCVI.
Proses multi-layer quality control diperlukan pada setiap tahap produksi, mulai dari penerimaan raw material, proses fabrikasi, hingga pengujian non destruktif, uji hidrostatis, maupun uji tekanan.