Presiden Prabowo Subianto menegaskan perang itu merusak. Sehingga di situasi geopolitik seperti saat ini, Prabowo menyatakan Indonesia tidak mau berperang dan harus menghindari perang.
"Karena itu, politik luar negeri yang saya jalankan dan umumkan adalah politik 1.000 kawan terlalu sedikit, 1 kawan terlalu banyak," kata Prabowo dalam pidatonya di Sidang Tahunan DPR/MPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8).
Prabowo menegaskan, Indonesia akan tetap pada garis nonblok dan tidak berpihak ke negara mana pun. Prabowo secara khusus menyinggung ingin berdamai dengan negara tetangga, yaitu Malaysia.
"Kami terutama dengan tetangga-tetangga kita, kita ingin selesaikan semua masalah," ungkapnya.
Prabowo mengakui selalu ada masalah dengan Malaysia, khususnya terkait garis perbatasan yang hingga saat ini masih dilakukan perundingan antara kedua.
"Masalah ini adalah warisan dari kolonialis, warisan dari penjajah. Belanda datang dengan Inggris, dia bikin garis seenak jidatnya dia bikin garis," ungkapnya lagi.
Prabowo menegaskan, penetapan garus perbatasan yang dilakukan Belanda dan Inggris membuat Indonesia berkonflik dengan Malaysia. Padahal, Indonesia dan Malaysia bersahabat.
"Yang repot kita sekarang. Kita mau ditabrakkan sama Malaysia, kita sahabat sama Malaysia, kita satu rumpun. Tapi selalu politik divide et impera selalu ada," tuturnya.
"Jangan kita naif, jangan terus menerus mau diadu domba," pungkasnya.