REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG— Wakil Ketua MPR RI sekaligus Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono, mengajak generasi muda Indonesia menjadi pelaku utama dalam ekonomi masa depan yang berakar pada budaya, sejarah, dan identitas bangsa.
Hal ini dia sampaikan dalam Forum Diskusi Kebangsaan bertajuk “Borobudur Culturepreneur: Penguatan Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya dan Sejarah” yang digelar di kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Forum ini menghadirkan peserta lintas profesi, termasuk pegiat pariwisata, budaya, dan pelaku ekonomi kreatif dari berbagai daerah.
Ibas menegaskan bahwa Borobudur bukan sekadar peninggalan sejarah, melainkan warisan bernilai tinggi yang mampu menyampaikan pesan-pesan peradaban kepada generasi masa kini.
“Borobudur bukan sekadar tumpukan batu tua—tetapi aksara sunyi yang menulis peradaban. Candi yang menyapa kita tanpa suara. Kita ingin ekonomi yang maju, tapi tetap berakar dalam nilai dan budaya,” kata dia, dalam keterangannya, Kamis (28/8/2025).
Forum tersebut menjadi momentum bagi Ibas Wakil Ketua Dewan Penasihat Kadin ini untuk menyampaikan tiga pesan utama sebagai pemantik diskusi dan arah strategis pembangunan ekonomi kreatif nasional.
Pertama, budaya adalah fondasi ekonomi berkelanjutan. Menurut Ibas, budaya bukanlah hambatan kemajuan, melainkan kekuatan identitas bangsa yang dapat menjadi pembeda di pasar global.
“Budaya adalah bentuk paling tua dari keberlanjutan, diwariskan lintas generasi. Di era digital, budaya bisa menjadi komoditas berharga, seperti batik, wayang, musik, dan kuliner. Jika diolah kreatif, budaya jadi sumber penghidupan dan kebanggaan. Negara yang kuat punya cerita, cerita tentang siapa dirinya,” kata dia.
Kedua, generasi muda harus menjadi pelaku, bukan penonton. Ibas menekankan pentingnya peran anak muda sebagai culturepreneur — pengusaha kreatif yang menjual nilai, cerita, dan jati diri bangsa.
“Anak muda Indonesia punya koneksi global, akses digital, dan semangat inovatif. Jangan hanya menjadi konsumen budaya luar, tapi jadi produsen budaya bangsa sendiri. Kreativitas yang besar adalah menjadi modern tanpa meninggalkan akar lokal,” katanya dangan semangat.
Ketiga, kolaborasi adalah kunci transformasi. Sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Ibas menggarisbawahi pentingnya sinergi antara berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang dinamis dan inklusif.
“Pemerintah sebagai fasilitator, dunia usaha sebagai akselerator, akademisi sebagai peneliti, komunitas sebagai penggerak, dan generasi muda sebagai inovator. Kreativitas lahir dari pertemuan gagasan, kemajuan dari kolaborasi,” ujarnya.
Candi Borobudur, sebagai situs warisan budaya dunia yang diakui UNESCO, menjadi latar simbolis yang menghidupkan semangat diskusi. Ibas menyampaikan bahwa dari tempat bersejarah ini, semestinya lahir semangat baru untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan dan berkarakter Indonesia.
“Borobudur tidak dibangun dalam sehari. Ia mengajarkan kita kesabaran. Dari Borobudur hari ini akan lahir ekosistem baru yang akan menginspirasi daerah lain di Indonesia,” tandasnya.
Dia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas generasi dan profesi dalam mengembangkan potensi lokal. Menurutnya, produk-produk kreatif Indonesia perlu tidak hanya berdaya jual, tetapi juga berdaya nilai, agar mampu bersaing di level global.
Ibas mengajak seluruh peserta forum untuk terus berkarya dengan hati, menjaga warisan leluhur, dan menjadikan budaya sebagai wajah peradaban Indonesia di panggung dunia.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu siapa dirinya, dan berani menjadikan budayanya sebagai wajah dunianya,” pungkasnya.
BACA JUGA: Jumlah Bayi Bernama Muhammad Melonjak 700 Persen di Wilayah Eropa, Pertanda Apa?
Sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap kelestarian lingkungan di kawasan warisan budaya, Ibas juga menyerahkan bantuan simbolis berupa tempat sampah kepada pengurus Taman Wisata Candi Borobudur.
Bantuan ini merupakan bagian dari komitmennya untuk menjaga kebersihan dan ekosistem alam di kawasan cagar budaya, agar keindahan dan nilai historis Borobudur dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang dalam suasana yang lestari dan tertata.
Forum ini diharapkan menjadi titik awal gerakan “Culturepreneur” di berbagai daerah — sebuah model ekonomi kreatif yang tidak tercerabut dari akar budaya, tetapi justru tumbuh kuat karena akarnya.
Komitmen terhadap pengembangan Borobudur sebagai pusat budaya dan pariwisata nasional sejatinya telah diletakkan sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2014.
Regulasi ini secara resmi menetapkan Borobudur sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) untuk pengembangan sektor pariwisata. Diterbitkan pada 20 Juni 2014, menjelang akhir masa jabatan Presiden SBY, perpres ini menjadi landasan hukum utama dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan Borobudur yang kini dilanjutkan oleh pemerintah berikutnya.