REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perekonomian Israel semakin mengalami kemerosotan akibat genosida yang dilakukannya di Gaza. Data terbaru menyatakan ekonomi Israel menyusut 3,5 persen pada kuartal April–Juni gara-gara perang 12 hari dengan Iran.
Dilansir PressTV, Senin (18/8/2025), perang yang terjadi pada Juni lalu ini memaksa banyak bisnis tutup serta melemahkan belanja konsumen, ekspor, dan investasi, menurut data awal dari Biro Pusat Statistik. Kontraksi ini merupakan penurunan kuartalan pertama sejak akhir 2023, ketika ekonomi Israel anjlok 20,8 persen akibat genosida di Gaza yang menghantam belanja konsumen, perdagangan, dan investasi.
Perang telah menghantam perekonomian dan melumpuhkan sektor-sektor vital. Dengan wilayah udara sebagian besar ditutup serta pengerahan besar-besaran militer yang menguras tenaga kerja, baik bisnis maupun warga sipil mengalami gangguan parah.
Pada 13 Juni, Israel melancarkan perang sepihak terhadap Iran dengan membunuh puluhan komandan militer tingkat tinggi, ilmuwan nuklir, dan warga sipil. Pada 24 Juni, Iran berhasil memaksa gencatan senjata melalui operasi balasan terhadap rezim Israel.
Rudal balistik yang ditembakkan Iran dalam Operasi True Promise III memaksa para pemukim Israel berlindung di bunker, merusak ratusan bangunan, serta menutup sebagian atau seluruh aktivitas bisnis.
Kepala strategi pasar di Bank Mizrahi Tefahot, Ronen Menahem mengatakan data ekonomi awal mencerminkan dampak perang terhadap Iran terhadap aktivitas bisnis maupun belanja konsumen.
Kontraksi PDB antara April dan Juni terutama disebabkan penurunan tajam sebesar 6,2 persen dalam produktivitas sektor bisnis, menurut data resmi.
Belanja konsumen turun 4,1 persen, sementara ekspor (tidak termasuk perusahaan rintisan dan berlian) merosot 3,5 persen. Belanja pemerintah juga menyusut 1 persen
“Perang 12 hari dengan Iran berdampak pada pengeluaran rumah tangga, sementara suku bunga tinggi dan penguatan mata uang shekel juga memberi tekanan pada ekonomi,” kata Menahem.
Menurutnya, akan butuh setidaknya satu atau dua kuartal untuk ‘membersihkan’ dampak perang Iran dari tren data. Total kerugian ekonomi Israel akibat perang 12 hari dengan Iran diperkirakan mencapai sekitar 6 miliar dolar AS (sekitar Rp99 triliun), dengan infrastruktur menjadi sektor yang paling terpukul.
Ekonomi Israel semakin memburuk setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi telah melambat menjadi sekitar 1 persen tahun lalu, setelah 1,8 persen pada 2023. Penurunan tersebut sangat drastis dibandingkan pertumbuhan 6,3 persen pada 2022 sebelum genosida di Gaza.
Selama 22 bulan terakhir, Israel telah melancarkan serangan paling panjang dan paling parah ke Gaza, serta melakukan agresi terhadap Iran, Lebanon, dan sejumlah negara kawasan lain.
Perang di banyak front ini telah menelan biaya sekitar 300 miliar shekel (sekitar Rp1.320 triliun) atau 88,7 miliar dolar AS (sekitar Rp1.460 triliun), sehingga secara signifikan meningkatkan utang dan beban pinjaman rezim Israel.
Awal bulan ini, kementerian keuangan Israel merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 turun dari 3,6 persen menjadi 3,1 persen, dengan asumsi genosida Gaza akan berlanjut hingga September.
Proyeksi pertumbuhan tersebut tidak memperhitungkan potensi biaya dari rencana yang baru-baru ini disetujui untuk menduduki Kota Gaza yang padat penduduk.