Bantuan kemanusiaan dikirimkan melalui udara kepada warga Palestina di Kota Gaza, Ahad (27/7/2025). Otoritas dalam negeri Gaza mendesak dihentikannya penerjunan bantuan kemanusiaan melalui udara.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Otoritas dalam negeri Gaza mendesak dihentikannya penerjunan bantuan kemanusiaan melalui udara. Pasalnya, hal itu justru memperburuk situasi dan menimbulkan korban jiwa baru di Jalur Gaza.
"Penerjunan bantuan kemanusiaan menyebabkan peningkatan korban jiwa di kalangan masyarakat akibat berdesak-desakan saat berebut bantuan. Dalam beberapa kasus, bahkan ada korban tewas," demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Gaza, Rabu (6/8/2025).
Menurut kementerian tersebut, kontainer bantuan yang diterjunkan sering kali mendarat di bangunan tempat tinggal dan tenda pengungsian, yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, termasuk wanita dan anak-anak.
Di tengah kelangkaan pangan akut di Gaza, metode pengiriman bantuan melalui udara dianggap memperparah kekacauan dan meningkatkan jumlah korban jiwa.
"Satu-satunya cara untuk menghentikan krisis kemanusiaan ini adalah dengan membuka semua titik perbatasan darat guna memastikan bantuan kemanusiaan dan pangan dapat mengalir tanpa hambatan," ujar otoritas Gaza dalam pernyataan resminya.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada 23 Juli 2025 melaporkan lonjakan kematian akibat malanutrisi di Gaza. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyampaikan bahwa malanutrisi akut kini berdampak pada 10 persen populasi Gaza. Selain itu, lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui yang diperiksa mengalami malanutrisi parah.
Ia memperingatkan bahwa krisis kelaparan terus memburuk karena terhentinya pengiriman bantuan kemanusiaan dan pembatasan akses distribusi.
Pada 26 Juli 2025, pihak Zionis Israel kembali mengizinkan penerjunan bantuan kemanusiaan yang dilakukan negara-negara asing. Israel mengelola penyaluran bantuan di Jalur Gaza melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung Amerika Serikat. Penyaluran bantuan difokuskan di wilayah selatan Gaza.
Namun, berbagai laporan media menyebutkan bahwa pasukan Israel juga dilaporkan menembaki warga Palestina yang mengantre untuk mendapatkan makanan.
sumber : ANTARA