
Pakistan menyatakan akan merekomendasikan Presiden AS Donald Trump sebagai peraih Penghargaan Nobel Perdamaian atas usahanya membantu menyelesaikan konflik antara India dan Pakistan yang kembali panas baru-baru ini.
Terbunuhnya wisatawan lokal di Kashmir beberapa waktu lalu membuat hubungan India dan Pakistan kembali tegang. India dan Pakistan pun sempat saling serang.
Setelah saling serang selama 4 hari, Trump secara mengejutkan mengumumkan gencatan senjata telah disepakati. Trump sejak saat itu berkali-kali menyatakan telah mencegah perang nuklir, menyelamatkan jutaan nyawa, dan menggerutu tidak dipuji atas usahanya itu.
Pakistan pun setuju intervensi diplomatik AS mengakhiri pertempuran. Sementara, India mengatakan gencatan senjata merupakan perjanjian bilateral kedua militer.
"Presiden Trump menunjukkan pandangan jauh ke depan yang strategis dan kepemimpinan negara yang kuat melalui keterlibatan diplomatik yang kuat dengan Islamabad dan New Delhi, yang meredakan situasi yang memburuk dengan cepat," kata Pakistan, dikutip dari Reuters, Sabtu (21/6).
"Intervensi ini merupakan bukti perannya (Trump) sebagai pembawa damai sejati," lanjutnya.
Pemerintah dapat menominasikan seseorang sebagai kandidat peraih Nobel Perdamaian. Hingga saat ini, tidak ada respons dari AS. Juru bicara pemerintah India juga tidak merespons saat dimintai keterangan.
Trump berkali-kali menyatakan bersedia menjadi penengah antara India dan Pakistan. Islamabad yang telah lama meminta perhatian dunia internasional atas Kashmir merasa senang dengan tawaran Trump itu.
Dalam unggahan di media sosial pada Jumat (20/6), Trump menulis daftar panjang konflik yang katanya sudah dia selesaikan, termasuk konflik India dan Pakistan dan Perjanjian Abraham antara Israel dan sejumlah negara mayoritas Islam di periode pertama jabatannya.
"Saya tidak akan meraih Nobel Perdamaian terlepas apa pun yang saya lakukan," kata Trump.
Langkah Pakistan menominasikan Trump untuk Nobel Perdamaian hampir bersamaan dengan kunjungan kepala militernya, Marsekal Lapangan Asim Munir, ke AS. Ini pertama kalinya pemimpin militer Pakistan diundang ke Gedung Putih.
Mantan Ketua Komite Pertahanan Senat di parlemen Pakistan, Mushahid Hussain, mengatakan pencalonan Trump untuk Nobel Perdamaian dapat dibenarkan.
"Trump baik untuk Pakistan. Jika ini memuaskan ego Trump, maka jadilah demikian. Semua pemimpin Eropa telah menjilatnya habis-habisan," kata Hussain.
Meski demikian, langkah Pakistan ini tidak diterima oleh semua orang di Pakistan. Ini dikarenakan dukungan Trump terhadap serangan Israel di Gaza.
"Sugar daddy Israel di Gaza dan pendukung serangan Israel ke Iran bukanlah kandidat untuk penghargaan apa pun. Lalu, apa yang akan terjadi jika dia mulai mencium kedua pipi Modi dalam beberapa bulan ke depan?" kata pembawa acara bincang politik terkemuka di Pakistan, Talat Hussain.
Trump tadinya berencana bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di KTT G7 yang digelar di Kanada minggu lalu. Namun, pertemuan batal digelar karena Trump pulang lebih dulu.
Trump dan Modi kemudian berbicara lewat sambungan telepon. Dalam kesempatan itu, Modi menegaskan bahwa India tidak akan pernah menerima mediasi dalam konfliknya dengan Pakistan.