PT MRT Jakarta (Perseroda) tengah mengkaji pembangunan jalur baru dari Lebak Bulus menuju Serpong. Jalur ini diproyeksikan akan melewati sejumlah kawasan permukiman strategis yang berpotensi menjadi simpul baru aktivitas warga di wilayah Jakarta dan Tangerang Selatan.
Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta (Perseroda), Farchad Mahfud, mengatakan proyek ini masih berada dalam tahap studi kelayakan. Ia menegaskan hasil kajian tersebut akan menjadi dasar penentuan rute dan pendekatan teknis lainnya.
“Itu masih dalam studi. Masih dalam studi. Nanti kita nggak bisa bicara sebelum studinya selesai,” kata Farchad dalam MRT Jakarta Fellowship Program, dikutip pada Jumat (8/7).
Meski belum dapat diumumkan secara rinci, Farchad memastikan bahwa jalur ini akan mempertimbangkan pusat-pusat permukiman sebagai salah satu prioritas utama. Menurutnya, hal ini penting agar kehadiran MRT benar-benar menjawab kebutuhan mobilitas warga yang tinggal di kawasan suburban.
“Nanti pasti akan di-reveal, kalau studinya sudah keluar pasti akan di-reveal, yang jelas sentra-sentra pemukiman itu akan menjadi pertimbangan besar,” ungkap Farchad.
Rencana pembangunan MRT Lebak Bulus-Serpong ini juga tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, khususnya dalam proyek pembangunan Jakarta Metropolitan Mass Rapid Transit Koridor Timur-Barat yang mencakup wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Pembangunan koridor ini melibatkan Kementerian Perhubungan, Pemprov DKI Jakarta, Pemprov Banten, dan PT MRT Jakarta.
Di samping itu, Farchad mengungkapkan, MRT Jakarta juga sedang mengeksplorasi opsi pembiayaan non-APBN. Salah satu pendekatan yang tengah dijajaki adalah skema pembiayaan swasta penuh.
Pada 24 Juli 2025, MRT Jakarta resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pengembang properti Sinar Mas Land untuk melakukan studi kelayakan. Studi ini akan menguji apakah proyek bisa direalisasikan sepenuhnya lewat pendanaan swasta.
“Kami tidak ingin melulu (bergantung pada pembiayaan pemerintah). Kami menantang diri kami sendiri untuk bisa, misalnya, apakah bisa (pembiayaan) dengan swasta 100 persen,” ujar Farchad.
Menurutnya, pemerintah memiliki keterbatasan fiskal, sementara kebutuhan terhadap transportasi publik terus meningkat. Maka dari itu, skema pembiayaan inovatif sangat dibutuhkan. Selain skema swasta penuh, MRT juga membuka peluang kerja sama dengan pola KPBU (Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha).
Guna mendukung langkah ini, MRT Jakarta menyiapkan sejumlah strategi, termasuk meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah, serta melakukan asesmen internal berdasarkan pengalaman pembangunan sebelumnya.
Dari sisi mitra, CEO Digital Tech Ecosystem & Development Sinar Mas Land, Irawan Harahap, menyatakan dukungannya terhadap proyek ini. Ia menyebut jalur MRT Lebak Bulus–Serpong akan menjadi solusi penting bagi warga Tangerang dan sekitarnya yang setiap hari harus beraktivitas di Jakarta.
“Kehadiran MRT North-South Line Extension akan menjadi solusi krusial untuk mengatasi masalah kemacetan,” kata Irawan beberapa waktu lalu.