Pengamat pertanian menilai modal dari pemerintah kepada Perum Bulog sebesar Rp 22,7 triliun tidak cukup untuk menyerap 3 juta ton gabah setara beras pada 2026.
Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menjelaskan jika Bulog ditugaskan menyerap gabah setara beras sebanyak 3 juta ton, maka Bulog harus menyerap sebanyak 6 juta ton Gabah Kering Panen (GKP). Sebab 1 kg gabah setara beras atau beras sama dengan 2 kg GKP.
Dia kemudian mengkalkulasi Harga Pokok Penjualan/Pembelian (HPP) GKP Rp 6.500 per kg dengan 6 juta ton yang harus diserap Bulog dan angkanya di atas Rp 22,7 triliun. Berdasarkan hitungan kumparan Rp 6.500 kemudian dikali 6 juta ton maka menghasilkan angka Rp 39 triliun.
“3 juta kalau setara beras artinya gabahnya 1 kali 2 kan, 6 juta ton. (Rp 22,7 triliun) nggak cukup, nggak cukup,” tutur Khudori kepada kumparan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (21/8).
Menurut Khudori, pada akhirnya Bulog akan tetap berurusan dengan pinjaman perbankan untuk menyerap sebanyak 3 juta ton gabah setara beras sepanjang 2026.
Khudori juga berharap pemerintah memberikan modal Rp 22,7 triliun kepada Bulog secara cuma-cuma, bukan berupa pinjaman atau investasi seperti yang diberikan untuk penyerapan gabah 2025 sebesar Rp 16,6 triliun.
“Saya berharap bahwa APBN itu free, (Rp 16,6 triliun modal 2025) ini kan investasi, dari suratnya Menteri Keuangan itu investasi. (Rp 22,7 triliun modal 2026) sepertinya sama,” tutur Khudori.
Khudori mendorong pemerintah membuat regulasi yang membantu Bulog sebagai perusahaan pelat merah dalam menyerap gabah untuk program ketahanan pangan, termasuk agar Bulog bisa menerima pendanaan dari APBN.
“Mestinya bisa (Bulog dapat pendanaan dari APBN). Kalaupun ada regulasi yang tidak memungkinkan itu, ya regulasinya yang diubah lah,” ujarnya.
Dia menyoroti berkurangnya beban Bulog dalam penyerapan gabah petani, maka akan semakin mudah juga Bulog mendukung cita-cita swasembada pangan.
“Karena kalau itu tidak ada beban, Itu buat Bulog pasti jauh lebih ringan, beban-beban itu tidak menjadi beban lagi seperti yang sekarang. Dan itu nanti ujung-ujungnya apa? Harga pokok penjualan beras Bulog itu turun,” jelasnya.