Tentara Israel menangisi rekan mereka yang tewas dalam operasi darat di Jalur Gaza, saat upacara pemakamannya di dewan regional Gezer Israel, 27 April 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM— Sejak dimulainya perang di Jalur Gaza, tentara Israel telah mengalami kerugian manusia dan materi yang sangat besar.
Jumlah kematian di antara tentara dan perwira Israel mencapai hampir 900 orang, di samping ribuan orang yang terluka, mulai dari yang ringan, sedang, dan berat.
Sejak Badai Al-Aqsa, tentara Israel telah menyaksikan peningkatan yang nyata dalam kasus bunuh diri dan trauma psikologis di kalangan tentara dan perwira.
Puluhan ribu kasus yang tercatat sebagai akibat dari tekanan psikologis dan trauma perang, di samping kasus-kasus kecacatan di kalangan tentara reguler dan pasukan cadangan.
Angka-angka ini menunjukkan besarnya beban manusia dan material yang ditanggung Israel sejak awal perang di Gaza, yang mencerminkan sifat konflik yang mahal dan kompleks yang diperjuangkan oleh tentara Israel di berbagai tingkatan.
Terlepas dari banyaknya korban yang jatuh di pihak tentara Israel sejak awal perang, ada kerahasiaan yang sangat kuat mengenai jumlah korban yang tewas dan terluka di kalangan tentara dan pasukan keamanan.
Otoritas militer dan media resmi sengaja mempublikasikan data yang terbatas atau terfragmentasi, dengan fokus pada jumlah korban operasional tanpa menangani kasus-kasus trauma psikologis, cedera non-fatal, dan cacat jangka panjang.
BACA JUGA: Perang Iran Israel Segera Meletus dalam Skala Lebih Besar dan Mengerikan?
Kerahasiaan ini bertujuan untuk mengelola opini publik internal dan mencegah dampak pada moral tentara dan prajurit cadangan, di samping melindungi citra militer dan politik Israel di tengah perang yang sedang berlangsung dan kompleks.
Pada saat yang sama, sumber-sumber tidak resmi dan pernyataan-pernyataan yang bocor ke media Israel dari kalangan militer mengonfirmasi bahwa jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang diumumkan kepada public. Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan yang jelas antara kenyataan di lapangan dan data resmi yang tersedia.