Fenomena kesepian ternyata dialami oleh banyak kalangan, termasuk remaja. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji menyebut, sebanyak 20 persen remaja di Indonesia mengalami kesepian yang membahayakan kesehatan mental mereka, sehingga peran Generasi Berencana (Genre) terus dikuatkan.
"Remaja Indonesia kita termasuk butuh perhatian, 20 persennya itu kesepian, ada analisisnya, salah satu permasalahannya adalah mereka kesepian, akhirnya lari ke mana-mana, itu saya kira nanti bagian yang kita selesaikan. Oleh karena itu, saya berharap teman-teman yang dalam kategori remaja baik di organisasi pramuka, Genre, apa pun, berilah contoh yang baik," katanya di Jakarta, Kamis (14/8), dikutip dari Antara.
Penelitian yang dimaksud dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC) yang diinisiasi oleh mantan Menkes Prof Nila Moeloek dan dipublikasikan pada 2024.
Wihaji berujar, masyarakat Indonesia lebih senang mendapatkan contoh langsung sebagai teladan, oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan mental, peran teman sebaya dalam hal ini remaja mengambil peran penting.
"Perilaku ini akan ditiru sehingga menjadi teladan, kira-kira begitu," ucapnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemendukbangga/BKKBN memiliki program akademi keluarga yang diciptakan untuk mendidik generasi masa depan.
"Itu ada SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Ada yang basic training (pelatihan dasar), ada yang intermediate, ada yang advance training," ujar dia.
Ia juga menyoroti banyaknya kasus di masyarakat, mulai dari kekerasan akibat terlalu banyak bermain game online, hingga LGBT yang semakin marak.
"Itu sedang ditunjukkan sekarang, nah itu bagian dari contoh, banyak perilaku menyimpang yang disebabkan oleh dunia game dan media sosial," katanya.
"Untuk itu, saya titip ke teman-teman Genre ya, teman-teman yang hadir khususnya remaja untuk terus berhati-hati. Perilaku menyimpang ini salah satu sebabnya adalah media sosial karena remaja ini cenderung ingin berbeda," imbuh Wihaji.
Wihaji juga menyampaikan, akademi keluarga menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kecanduan game dan media sosial yang saat ini banyak dialami anak-anak hingga remaja di Indonesia.
Menurutnya, saat ini gadget sudah menjadi bagian dari keluarga, yang apabila penggunaannya tidak hati-hati, bisa membentuk algoritma, sikap, bahkan mental yang tidak baik bagi para penggunanya.
Menurutnya, orang tua juga berperan penting untuk mengurangi kecanduan bermain gawai anak atau remaja dengan meluangkan waktu untuk ngobrol berkualitas bersama mereka.
"Handphone itu lebih dari 7-8 jam kita pegang, itu akan memengaruhi otak dan membentuk mental kita. Saya setuju bahwa remaja adalah kekuatan, oleh karena itu harus diedukasi dengan baik, diberi penjelasan, ruang, tempat, dan kesempatan untuk mencurahkan pikiran, sekaligus diberikan apresiasi buat mereka," ucap Wihaji.