Dia yakin pelaku usaha akan bisa memanfaatkan berbagai peluang untuk meningkatkan ekspor ke AS. Hal tersebut diiringi dengan dorongan dari pemerintah kepada pelaku usaha.
“Seharusnya lebih meningkat, ya artinya hitung-hitungannya lebih meningkat. Makanya kita bagaimana memanfaatkan utilisasi itu secara optimal ya. Kita mendorong bersama-sama pelek usaha supaya memanfaatkan kesempatan ini,” kata Budi di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Rabu (6/8).
Budi mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) soal kinerja ekspor sepanjang Januari-Juni yang naik 7,7 persen dengan negara tujuan ekspor China, AS, dan India.
Dia juga menyoroti surplus perdagangan Indonesia-AS sebesar USD 9,9 miliar atau setara dengan Rp 162,08 triliun (dengan kurs Rp 16.372 per dolar AS).
Selain itu, Budi juga melihat tarif impor ke AS yang diberlakukan untuk Indonesia relatif lebih rendah dari negara lain di ASEAN, seperti China, Vietnam dan India yang merupakan negara pesaing perdagangan utama dengan Indonesia.
Meski tarif Indonesia sama dengan Malaysia, Thailand, dan Filipina, namun Budi mengaku optimistis bisa bersaing dengan ketiga negara tersebut.
“Ya kita optimis ya. Kalau pasar Amerika terus tetap bergairah, berarti kita semakin mudah masuk ke sana. Karena kita, kita bersaingnya, start-nya itu tidak mulai dari nol. Kita selangkah lebih maju dibanding negara yang lain,” jelasnya.
Sebelumnya Budi juga mengatakan pemerintah tetap menargetkan ekspor Indonesia bertumbuh 7,1 persen pada 2025 dibandingkan dengan 2024, meskipun ada tarif Trump.
Meskipun tidak menampik, baik surplus neraca perdagangan Semester I 2025 sebesar USD 19,48 miliar ataupun surplus USD 4,10 miliar pada Juni 2025 adalah torehan sebelum terdampak pemberlakuan tarif Trump.
Dia juga mengeklaim rampungnya Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) bisa membuat kinerja ekspor meningkat. Sebab Indonesia memiliki akses pasar yang cukup besar di Eropa, dengan 27 negara yang diproyeksi bisa mendorong ekspor surplus.
“Bahkan beberapa pengamat bisa memberi bisikan bisa meningkat atau total trade kita itu bisa menjadi dua kali lipat. Kalau sekarang sekitar USD 30 miliar maka ke depannya bisa mencapai USD 60 miliar,” jelas Budi di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (4/8).