Namun, proses menyusui terkadang tidaklah berjalan mudah. Para ibu mungkin akan mengalami kendala saat menyusui bayinya, misalnya bingung puting, ibu atau bayi dalam keadaan sakit, puting payudara lecet, dan lainnya.
Bila ibu sudah mengalami kondisi tersebut, cobalah untuk berkonsultasi dengan dokter untuk membantu memastikan langkah apa yang bisa dilakukan agar kebutuhan si kecil tetap terpenuhi. Jika diperlukan, beberapa bayi mungkin perlu dibantu dengan susu formula.
Dalam kondisi apa lagi seorang bayi yang biasa minum ASI harus dibantu kombinasi dengan susu formula?
Nah Moms, sebelumnya Anda perlu memahami mengapa ada bayi yang cocok dan tidak mengonsumsi susu formula. Menurut Dokter Spesialis Anak RSIA Bunda Jakarta, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, dinding-dinding usus bayi masih longgar, sehingga bila susu formula masuk yang dikhawatirkan adalah bisa mengembangkan alergi susu sapi pada bayi.
"Jadi, seumpama nih si ibu terpisah atau betul-betul (ASI) enggak keluar, biasanya sembari ibunya diperah ASI-nya atau disusui, (susu) formula itu masuk. Tetapi tetap dipayungi oleh produksi ASI yang memang masih sedikit," tutur dokter yang akrab disapa dr. Tiwi itu, beberapa waktu lalu.
dr. Tiwi memahami tidak semua ibu memiliki kondisi ideal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi lewat ASI. Maka dari itu, ia mengingatkan kelancaran ASI sebenarnya sudah bisa dilakukan sejak sebelum kehamilan.
"Makanya, kalau ibu hamil itu tidak boleh kegemukan, diabetes, hipertensi, preeklamsia, itu akan membuat produksi ASI turun," tegas dia.
Saat ibu mengalami kondisi yang tidak memungkinkan untuk menyusui, tidak masalah jika mengkombinasikannya dengan susu formula sesuai rekomendasi dokter. Sebab jika dipaksakan menunggu ASI keluar padahal sudah dilakukan berbagai upaya namun tak kunjung berhasil, kondisi ini justru bisa membahayakan bayi, Moms. Bayi bisa dehidrasi hingga berakibat fatal.
"Kalau dia (ibu) bisa menyusui, susuin. Tapi sambil (susu) formula masuk. Kalau dia (ibu) masih sulit menyusui, ya perah. Dengan begitu, dia (bayi) tetap (mendapat asupan) walaupun ASI-nya cuma sedikit," jelas dr. Tiwi.
Meski begitu, ia menegaskan pemberian susu formula juga harus dibarengi dengan pemahaman orang tua. Kenapa? Karena saat ini, kematian bayi masih terbilang cukup tinggi, yang salah satunya disebabkan kurangnya pengetahuan orang tua terkait pemberian susu formula. Misalnya, risiko infeksi menjadi sangat tinggi ketika pembuatan susu formula tidak higienis.
"Belum lagi kalau (susu) formula itu mahal, jadi diirit-irit susunya. Jadi risiko kurang gizinya juga tinggi," ucapnya.
Agar proses menyusui juga berjalan lancar, dr. Tiwi berpesan kepada para ibu agar juga rutin mengosongkan payudaranya dan tidak hanya mengandalkan kombinasi susu formula.
"Jadi, jangan tambah (susu) formula tapi payudaranya enggak diapa-apain. Itu jangan. Ya perah aja walaupun dapatnya hanya berapa. Asal jangan lewat dari dua minggu (tanpa mengosongkan payudara), karena kalau sudah lewat dua minggu hormon (prolaktin dan oksitosin, berperan dalam produksi ASI -red) turun," pungkasnya.