
Toko Thayang yang berada di Kelurahan 26 Ilir, Kota Palembang adalah satu-satunya toko barang antik di wilayah tersebut. Tidak hanya barang antik saja, toko ini juga pernah menjual barang unik, yakni Jenglot.
Di beberapa titik Kota Palembang, ada banyak menyimpan cerita kekayaan budaya dan keunikannya. Salah satunya Toko Barang Antik Thayang.
Toko ini berdiri sudah 45 tahun dan telah berpindah-pindah 3 kali, sampai akhirnya menetap di Jalan AKBP HM. Amir, Kelurahan 24 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang. Toko ini buka setiap hari tergantung dengan keberadaan pemiliknya.
Thayang, merupakan pemilik dari toko barang antik tersebut. Pria yang sudah berusia sekitar 50 tahun-an ini banyak menceritakan mengenai barang antik yang ia koleksi sedari muda.
Ia menjelaskan bahwa barang antik yang ada di sini bervariasi, mulai dari wayang, lukisan, piring dan cangkir kuno , jam dinding hingga patung.
"Yang dijual di sini macam-macam, bisa dilihat sendiri. Ada jam dinding, lukisan, cangkir, piring, guci, dan sebagainya," ujar Thayang sembari menyeruput kopi miliknya.

Lanjut, saat ditemui pada Rabu, 2 Juli 2025, ia mengaku bahwa harga untuk barang antik yang berada di tokonya berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 40 juta. Hal tersebut tergantung dengan nilai dari barang tersebut.
"Yang paling mahal yang pernah saya jual itu Rp 40 juta. Barangnya Jenglot. Tapi di situ saya cuma menghubungkan pembeli dan penjualnya saja, barangnya tidak ditaruh di sini," jelasnya.
Jenglot merupakan sejenis boneka berwujud manusia yang konon katanya memiliki kekuatan ghaib. Namun Thayang mengaku bahwa ia tidak begitu percaya akan hal-hal ghaib seperti itu.
Saat ditanyai tentang kekuatan mistis, Thayang menjawab bahwa selama hidup berdampingan dengan barang antik, ia tidak pernah "diganggu" oleh kekuatan ghaib. Pendapatnya, gangguan tersebut tergantung dengan orang-orang yang menyikapinya.
"Saya selama hidup dan mengurus barang-barang antik, tidak pernah diganggu. Mungkin ada, tapi tidak pernah merasakan. Itu tergantung dengan manusia itu sendiri," beber Thayang.
Dalam kesempatan tersebut, Thayang mempersilahkan untuk melihat koleksi barang antiknya yang tampak telah usang dan berdebu. Ia mengatakan, jika orang yang datang ke tokonya dipersilahkan untuk mencari sendiri barang antik tersebut, tanpa ia dampingi.

"Saya menerima barang antik yang berupa kuningan, uang perak atau emas dan patung-patung untuk sekarang. Selain itu saya sudah tidak terima lagi sebab peminatnya menurun," ujarnya.
Terakhir, ketika sore mulai gelap, ia mengatakan bahwa ia merujuk seorang pengurus masjid sekaligus guru agama di masjid wilayah tersebut. Sehingga seringkali toko tidak buka sebab kesibukannya tersebut.