Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menyerukan agar keanggotaan Israel di PBB ditangguhkan untuk menghentikan upaya ekspansif ilegalnya untuk menguasai Gaza.
Mengutip Saudi Gazette, Rabu (27/8), seruan ini merupakan hasil Sidang Luar Biasa ke-21 Dewan Menteri Luar Negeri OKI yang dihadiri 57 negara Arab dan Muslim di Jeddah, Arab Saudi, pada Senin (25/8).
Dalam pernyataannya, para menteri luar negeri OKI mendesak agar tekanan terhadap Israel ditingkatkan melalui penerapan semua upaya hukum yang efektif.
Salah satu yang ditekankan adalah peninjauan kembali keanggotaan Israel berdasarkan Piagam PBB karena pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap ketentuan keanggotaan.
OKI pun meminta Dewan Keamanan PBB menggelar sidang luar biasa khusus membahas agresi Israel terhadap rakyat Palestina bertepatan dengan pertemuan Sidang Umum PBB pada September mendatang.
OKI juga menegaskan pentingnya mengakhiri impunitas Israel. OKI meminta Israel dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran dan kejahatan perang, dijatuhi sanksi serta dihentikan pasokan, transfer, maupun transit senjata dan material militer ke negara tersebut. OKI pun mendorong peninjauan kembali hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel.
OKI menilai kejahatan yang dilakukan Israel di Palestina merupakan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan hingga genosida, sehingga harus dituntut berdasarkan Hukum Pidana Internasional. Untuk itu, mereka menyerukan agar Israel dibawa ke Mahkamah Internasional (ICJ), terutama atas pelanggaran Konvensi 1948 tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida.
Sidang OKI juga mengecam pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait Visi Israel Raya yang dinilai arogan dan tidak bertanggung jawab.
OKI menegaskan perjuangan Palestina tetap menjadi isu sentral bagi dunia Islam. Mereka mendukung hak-hak Palestina yang tidak dapat dicabut termasuk hak menentukan nasib sendiri, kembalinya pengungsi ke tanah air, serta pembentukan negara merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibu kota.
Israel sebelumnya menyatakan akan menguasai Gaza sepenuhnya dengan alasan wilayah itu adalah benteng terakhir Hamas. Rencana tersebut menuai kecaman dari komunitas internasional maupun protes dari dalam negeri, terutama keluarga korban yang masih disandera Hamas sejak serangan 7 Oktober 2023.
Wujud dari rencana itu, Israel baru-baru ini meluncurkan dua kali serangan ke Rumah Sakit Nasser pada Senin (25/8). Serangan itu total menewaskan 20 orang dan 5 di antaranya merupakan jurnalis.
Israel pun berdalih serangan ke RS Nasser itu dilakukan untuk menghancurkan kamera pengawas Hamas di atap rumah sakit.