
KEMENTERIAN Hak Asasi Manusia (Kemen HAM) menegaskan dalam menjalankan program Makan Bergizi Gratis (MBG) harus memperhatikan kualitas dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan persoalan kesehatan. "Memperhatikan kualitas dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan persoalan kesehatan dalam program MBG itu, penting," ujar Direktur Pelayanan HAM, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Kepatuhan Kemen HAM, Osbin Samosir, ketika menjelaskan menyangkut MBG di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, kemarin.
Selain itu, kata dia, juga perlu pengelolaan distribusi yang baik mengingat jumlah penerima manfaat mencapai ribuan penerima manfaat di setiap daerah.
Kemen HAM mengapresiasi kesiapan pemerintah daerah, khususnya dari Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara dalam program MBG, dan Kemen HAM memiliki komitmen kuat mendukung pelaksanaan MBG di seluruh Indonesia. Terutama, jelas Osbin Samosir, Kabupaten Penajam Paser Utara yang menjadi kawasan strategis karena berdekatan dengan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara Tohar menjelaskan yang perlu dilakukan pemerintah kabupaten adalah memastikan aspek teknis dan operasional di lapangan berjalan dengan baik. Teknis penyediaan makanan untuk ribuan penerima manfaat juga perlu menjadi perhatian, proses memasak ribuan porsi membutuhkan waktu sejak dini hari dan dikemas dengan benar agar tetap layak konsumsi pada jam makan siang.
"Apabila penanganan kurang tepat, kualitas makanan bisa menurun bahkan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan,” katanya.
PERKETAT PENGAWASAN
Dinkes Kota Bandarlampung menegaskan akan memperketat pengawasan terhadap penyedia makanan di sekolah agar kejadian keracunan siswa tidak terjadi lagi. "Kasus keracunan massal yang terjadi di dua sekolah di Kecamatan Sukabumi, pada Jumat, (29/9) ini menjadi perhatian serius pemerintah kota, sehingga kami akan memperketat pengawasan terhadap penyedia makanan sekolah, agar kejadian serupa tidak terulang kembali," kata Kadinkes Kota Bandarlampung Muhtadi Arsyad T, di Bandarlampung, kemarin.
Dia mengatakan, dalam hasil uji awal, yang dilakukan bersama pihak terkait, air bersih yang digunakan dalam pengolahan makanan di dapur penyedia makanan untuk siswa mengandung bakteri Escherichia coli. "Dalam inspeksi di dapur penyedia makanan Bergizi Gratis (MBG) di Tirtayasa, kami menemukan sejumlah pelanggaran standar kebersihan. Ruang penyimpanan dan area pembuatan makanan dinilai tidak memenuhi syarat kebersihan," kata dia.
Muhtadi mengatakan bahwa temuan tersebut langsung disampaikan ke Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk segera ditindaklanjuti agar kejadian serupa tidak menimpa anak-anak sekolah lagi. "Mereka menyatakan akan menghentikan sementara kegiatan dapur MBG itu sampai kondisi benar-benar steril dan sesuai standar sanitasi,” kata dia.
Total ada 247 siswa yang mengalami gejala keracunan. Sebanyak 12 di antaranya harus dirawat di rumah sakit dan puskesmas. (H-1)