Lawan Komentar Jahat, Seventeen Minta Bantuan Pengadilan AS

Bukan rahasia lagi jika banyak idol K-Pop menjadi sasaran komentar jahat dari para haters, tak terkecuali Seventeen. Hingga saat ini, S.Coups, Jeonghan, Joshua, Jun, Hoshi, Wonwoo, Woozi, The8, Mingyu, Dokyeom, Seungkwan, Vernon, dan Dino masih berjuang menghadapi serangan tersebut.

Pada Mei lalu, seluruh member Seventeen mengajukan gugatan perdata senilai sekitar 148 juta won atau setara Rp 1,7 miliar di Pengadilan Distrik Pusat Seoul. Gugatan ini ditujukan kepada netizen yang menyebarkan fitnah dan informasi palsu mengenai mereka.

Sayangnya, jadwal sidang pertama belum ditetapkan karena pelaku masih tercatat sebagai “orang tak dikenal” atau belum berhasil diidentifikasi.

"Kami menyadari secara serius bahwa saat ini banyak unggahan berisi penghinaan berlebihan dan penyebaran informasi palsu tentang Seventeen. Dalam laporan rutin kami, kami telah melaporkan pihak yang identitasnya sudah diketahui kepada kejaksaan dan sedang menunggu hasil keputusan," tulis Pledis dikutip dari Star News Korea, Senin (4/8).

Agensi juga menegaskan bahwa pemantauan dilakukan secara luas, tidak hanya di platform domestik, tetapi juga di media sosial internasional seperti X dan komunitas daring global. Bukti berupa unggahan dan komentar berisi penghinaan atau fitnah pun dikumpulkan. Data tersebut kemudian menjadi dasar pengajuan gugatan pidana maupun perdata terhadap akun-akun pelaku.

"Untuk mengidentifikasi pelaku secepat mungkin, kami juga menjalankan prosedur hukum terkait, termasuk meminta pengadilan di Amerika Serikat dan yurisdiksi lain untuk mengungkap identitas mereka. Kami memandang sangat serius bahwa meski sudah ada laporan sebelumnya, penghinaan dan fitnah terhadap artis masih terus berlanjut," kata mereka.

Menurut agensi, mereka akan melindungi artisnya secara berkelanjutan dan terstruktur, bukan sekadar menangani kasus sekali lalu selesai. Langkah ini mencakup pengumpulan bukti yang terus-menerus dan proses hukum yang konsisten.

Meski gugatan sudah diajukan, proses untuk mengungkap identitas pelaku diperkirakan akan memakan waktu lama. Bahkan, ada kemungkinan terburuk pelaku tidak pernah teridentifikasi, yang tentu akan mempersulit jalannya proses hukum.

Kasus seperti ini bukan hal baru bagi Seventeen. Pada Maret lalu, seorang karyawan maskapai dilaporkan ke pihak berwenang karena membocorkan informasi tiket pesawat para member.

Sejak 2023, Pledis sudah mengumpulkan bukti terkait kebocoran berulang terkait informasi rahasia, seperti album yang belum rilis atau jadwal konser, dan mereka telah melaporkannya ke pihak berwajib.

Karyawan maskapai tersebut pun terbukti menjual data boarding pass Seventeen secara ilegal. Ia dijerat dengan pelanggaran Undang-Undang Jaringan Informasi dan Komunikasi serta Undang-Undang Anti-Stalking. Pledis menegaskan, mereka akan terus menindak tegas setiap pelanggaran privasi artisnya.