Lampung Geh, Bandar Lampung — Pemerintah Provinsi Lampung menjalin kerja sama dengan perusahaan pertanian asal Tiongkok, Qingdao Dagu Grain Co., Ltd., untuk mengembangkan pertanian jagung berbasis teknologi modern.
Kolaborasi ini ditargetkan mampu meningkatkan hasil panen jagung hingga dua ton per hektare dibanding produktivitas saat ini.
Kesepahaman tersebut dibahas dalam pertemuan Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal dengan delegasi Qingdao Dagu Grain Co., Ltd. di Kantor Gubernur Lampung, Senin (4/8).
Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari survei lapangan yang telah dilakukan perusahaan Tiongkok tersebut di wilayah Lampung Selatan.
Gubernur Mirza menyatakan, Lampung memiliki potensi besar untuk menjadi produsen jagung terbesar di Indonesia dan siap memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini.
"Kami menyambut baik dan berterima kasih atas keseriusan Qingdao Dagu Grain Co., Ltd. Kerja sama ini akan membawa peningkatan signifikan bagi sektor pertanian di Lampung," ujar Gubernur Mirza.
Ia juga menambahkan, posisi geografis dan capaian ekonomi Lampung menjadi nilai tambah dalam menarik investasi pertanian.
"Lampung layak dipilih sebagai tempat investasi karena posisi strategis Lampung sekaligus saat ini pertumbuhan ekonomi Lampung sangat mendukung dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Sumatera," lanjutnya.
Sementara itu, Chairman Qingdao Dagu Grain Co., Ltd., Yang Wenzheng menyampaikan, hasil pengamatan timnya di lapangan yang menunjukkan potensi peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi.
"Kami melihat potensi besar di sini. Kami yakin dengan kerja sama ini, produksi jagung per hektare dapat meningkat hingga 2 ton dari produksi sebelumnya," kata Yang Wenzheng.
Menurutnya, lonjakan hasil panen tersebut akan didorong oleh penggunaan benih unggul, pupuk berkualitas, serta peralatan modern dan otomatis.
"Kami telah membawa tim ahli dan melakukan survei langsung di lapangan. Yang kami butuhkan kini adalah dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Lampung," tambahnya.
Diketahui, kerja sama ini akan difokuskan pada peningkatan produktivitas berbasis teknologi, penguatan kapasitas petani lokal, dan perluasan akses pada input pertanian berkualitas.
Langkah lanjutan akan mencakup pembangunan lahan percontohan serta transfer teknologi pertanian berkelanjutan. (Cha)