Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel mencatat laju inflasi tahunan (year-on-year) sebesar 2,88 persen pada Juli 2025. Salah satu faktor pendorongnya adalah kenaikan biaya pendidikan menjelang tahun ajaran baru, selain tingginya harga kebutuhan pangan.
Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto mengatakan tekanan inflasi Juli 2025 dipicu oleh dua sektor utama, yakni pangan dan pendidikan. Dari sebelas kelompok pengeluaran yang diamati, kebutuhan sekolah seperti seragam, buku tulis, dan alat tulis turut memberikan andil signifikan pada inflasi musiman di bulan ini.
“Menjelang tahun ajaran baru, pengeluaran masyarakat untuk perlengkapan sekolah meningkat. Kenaikan harga seragam dan perlengkapan lainnya ikut menekan daya beli masyarakat,” ujarnya saat rilis inflasi di Palembang, Jumat (1/8/2025).
Selain biaya pendidikan, inflasi juga dipengaruhi oleh lonjakan harga sejumlah komoditas pangan, seperti beras, cabai rawit, bawang merah, dan daging ayam ras. Sektor makanan sendiri tercatat sebagai penyumbang terbesar, mengingat porsinya hampir mencapai 40 persen dari struktur konsumsi masyarakat Sumsel.
“Fluktuasi harga pangan, terutama beras, sangat memengaruhi arah inflasi daerah,” tambahnya.
Wahyu menekankan agar dinas terkait mengimbau sekolah-sekolah tidak memberlakukan pungutan tambahan yang tidak sesuai ketentuan untuk meringankan beban masyarakat.
“Selain itu, pemerintah daerah juga perlu memperkuat strategi pengendalian harga melalui **operasi pasar, program pasar murah, dan distribusi pangan yang lebih efektif,” katanya.
Dengan inflasi Sumsel yang menembus 2,88 persen, berada di atas angka nasional 2,37 persen, pemerintah menargetkan agar inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,5 persen (toleransi 1,5–3,5 persen) pada akhir 2025.