Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membeberkan angka serapan tenaga kerja sepanjang Semester I 2025 yang mencapai angka 303.000 orang.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan angka ini lebih tinggi dari data Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada periode yang sama.
“Penyerapan tenaga kerja baru yang diperkirakan mencapai 303.000 orang. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan jumlah pemutusan hubungan kerja yang disampaikan oleh kementerian lain maupun asosiasi pengusaha,” tutur Febri dalam keterangannya, Rabu (6/8).
Berdasarkan Satu Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), sepanjang Januari-Juni 2025 terdapat sebanyak 42.385 tenaga kerja terdampak PHK.
Angka serapan tenaga kerja sebanyak 303.000 orang tersebut merupakan dampak dari geliat industri manufaktur yang terus bertumbuh.
Meskipun dia mengakui kebijakan Indonesia saat ini belum berpihak sepenuhnya kepada industri manufaktur dalam negeri. Namun, geliat industri justru terlihat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) soal pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada kuartal II tahun 2025 sebesar 5,60 persen (year on year).
“Dengan kebijakan yang kurang mendukung manufaktur saja sudah mencapai pertumbuhan 5,60 persen. Apalagi jika kebijakan yang pro industri diberlakukan, tentu pertumbuhan manufaktur melesat jauh lebih tinggi lagi,” tuturnya.
Dia menuturkan kebijakan pro industri adalah kebijakan melindungi industri dalam negeri dan bisa membangkitkan kinerja manufaktur nasional secara berkelanjutan.
Tidak hanya itu, lanjut Febri, dengan kebijakan yang dianggap belum sepenuhnya berpihak pada industri, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kemenperin juga Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia (BI) menunjukkan industri manufaktur Indonesia selalu ekspansi sepanjang kuartal II 2025.
“Beberapa indikator lainnya, pada belanja modal investasi sektor manufaktur juga naik. IKI pada Juli 2025 sebesar 52,89, naik 1,05 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,84, dan lebih tinggi 0,49 poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” tuturnya.
Pada periode yang sama, industri pengolahan nonmigas memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 16,92 persen, naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 16,72 persen.
Dia menyoroti tren positif industri manufaktur ini di tengah tekanan global dan pelemahan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang utama seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Tiongkok.
Meskipun dia juga tidak menampik, dari sisi Purchasing Managers Index (PMI) yang dirilis oleh S&P Global, industri manufaktur telah mengalami kontraksi atau di bawah poin 50 sejak April 2025.
“Kami menghargai hasil survei PMI sebagai referensi umum, namun dalam merumuskan kebijakan,...