Acara IES 2026 akan digelar di Hotel Shangri-La, Jakarta, dengan mengusung tema 'Coming Together to Boost Resilient Growth and Shared Prosperity'. Berbeda dari tahun sebelumnya, gelaran ini diadakan di tengah guncangan ketidakpastian global, khususnya dampak pengenaan tarif impor alias Trump Effect.
Ketua Dewan Pengawas IBC, Arsjad Rasjid, mengatakan forum tahunan ini dirancang untuk mempertemukan pemerintah, pembuat kebijakan, pelaku bisnis dan industri, akademisi, serta pakar dan pemikir global dalam rangka mendorong kolaborasi dan merumuskan langkah konkret untuk pembangunan ekonomi nasional yang lebih inklusif.
“Forum ini dirancang untuk menjadi corong bagi para pemimpin bisnis Indonesia, untuk menyampaikan masukan dalam penyempurnaan kebijakan dan mendorong tercapainya good economic governance,” ujarnya saat Konferensi Pers Kick off IES 2026, Selasa (26/8).
Arsjad menyebutkan, gelaran IES 2025 pada 2 Februari 2025 lalu dihadiri lebih dari 1.500 peserta, 85 pembicara dalam 17 sesi, dan 4 sesi roundtable. Tidak hanya dari Indonesia, para peserta berasal lebih dari 40 negara, seperti Singapura, China, Jepang, hingga Amerika Serikat (AS).
Dia menuturkan, pada IES 2026, IBC ingin mengajak pemerintah, pelaku bisnis, akademisi, mitra global untuk bersama-sama menyelaraskan prioritas dan narasi untuk pembangunan ekonomi Indonesia.
Menurutnya, di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup, melainkan juga memerlukan ketahanan yang berkelanjutan ataupun resilience, serta pemerataan kesejahteraan
Untuk mewadahi tema besar tersebut, gelaran IES 2026 akan dikemas dengan empat agenda utama. Pertama, sesi top leadership yang mengundang pakar dan juga pemikir dunia untuk membahas kebijakan dan best practice dari negara lain.
"Kami juga melahirkan yang namanya policy dialogue yang mengundang pemerintah dan juga pelaku bisnis duduk bareng untuk mendorong reformasi dan perbaikan kebijakan dan regulasi," tutur Arsjad.
Kemudian, IBC juga akan kembali mengadakan roundtables yang akan melibatkan berbagai lembaga think-tank dan negara mitra yang strategis untuk mendiskusikan isu tematik dan juga potensi kerja sama bilateral antar negara.
"Lalu terakhir, pada IES 2026 nanti, kami juga akan menampilkan yang namanya IBC in action yang akan menunjukkan beberapa berbagai inisiatif dan komitmen daripada IBC yang telah ataupun sedang berjalan," jelas Arsjad.
Program IBC in Action akan menyampaikan hasil studi IBC, termasuk pengelolaan sampah, peningkatan kesejahteraan pekerja migran, dan berbagai inisiatif pembangunan strategis lainnya.