Pemimpin Hizbullah Sheikh Naim Qassem berbicara di Beirut, Lebanon, 13 Oktober 2023.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemimpin Hizbullah Naim Qassem telah menegaskan kembali bahwa kelompok bersenjata Lebanon tak akan meletakkan senjatanya di bawah tembakan tentara Israel. Seharusnya strategi yang ditekankan bukan pelucutan senjata, tapi perlawanan terhadap Israel yang harus dibahas dalam konsensus nasional.
"Perlawanan itu kuat, dan kami siap berjuang untuk kedaulatan dan kemerdekaan Lebanon ... Hizbullah telah berkorban besar untuk mempertahankan Lebanon dari agresi Israel," ujarnya, Selasa (5/6/2025).
Qassem memperingatkan bahwa rudal Hizbullah akan menghujani Israel jika rezim Zionis itu melanjutkan perang yang meluas ke negara itu. Hizbullah, tentara Lebanon, dan rakyat negara itu akan membela diri melawan agresi Israel.
"Semua keamanan yang telah mereka bangun selama delapan bulan akan runtuh dalam satu jam," ujarnya.
Dalam rapat kabinet yang dipimpin oleh Presiden Lebanon Joseph Aoun pada Selasa sore, tentara ditugaskan untuk mengendalikan semua senjata pada akhir tahun.
Perdana Menteri Nawaf Salam menegaskan bahwa kewajiban negara untuk memonopoli kepemilikan senjata. Demikian menurut Kantor Berita Nasional (NNA) milik pemerintah Lebanon.
Qassem berbicara setelah para pendukung Hizbullah berkumpul di ibu kota Lebanon, Beirut, pada Senin malam untuk memprotes usulan pelucutan senjata kelompok tersebut menjelang rapat kabinet pemerintah yang membahas masalah tersebut.
Demonstrasi itu terjadi di tengah tekanan Amerika Serikat terhadap Lebanon agar Hizbullah meletakkan senjatanya. Sementara Israel hampir setiap hari melakukan pelanggaran terhadap gencatan senjata yang ditandatanganinya dengan Hizbullah untuk mengakhiri perang.
Hizbullah boleh dibilang dalam kondisi lemah akibat perang dengan Israel tahun lalu. Perang tersebut mengakibatkan sebagian besar pemimpin senior kelompok tersebut dibunuh oleh Israel. Pertempuran juga menewaskan ribuan pejuangnya dan warga sipil Lebanon, serta menyebabkan puluhan ribu orang dari komunitas Syiah dan komunitas lainnya mengungsi dari rumah mereka yang hancur.