
Kalian pasti pernah lagi deket sama seseorang, obrolan nyambung, chat tiap malam, kayanya mau kea rah serius, lalu tiba-tiba... hilang. Tanpa jejak. Tanpa penjelasan.
Fenomena seperti ghosting, redflag, dan love bombing udah jadi bagian dari “drama percintaan digital” yang banyak di alami anak muda sekarang. Sayangnya, semua itu bukan hanya bikin sakit hati sementara, tapi bisa meninggalkan jejak lebih dalam: trauma relasi.
Cinta di Era Swipe and Scroll
Di era digital sekarang, hubungan bisa dimulai darimana saja—Instagram, Twitter, bahkan kolom komentar TikTok. Semuanya terasa cepat. Terlalu cepat.
Kita bisa dekat dalam semalam, saling bertukar cerita, bahkan merasa cocok banget, tapi kadang, secepat itu pula semuanya hilang, tanpa peringatan, tanpa pamit.
Dalam kondisi kaya gini, relasi jadi serba instan juga serba rapuh. Gak sedikit yang terjebak dalam hubungan semu, yang ujungnya bikin kita bertanya: “sebenernya aku tuh di anggap siapa?”
Pahami dulu: Ghosting, Redflag, dan Love bombing
• Ghosting
Seseorang yang awalnya intens banget tiba-tiba menghilang kayak ninja. Tanpa penjelasan. Tanpa pesan terakhir.
• Love bombing
Awalnya si dia kayak pahlawan romansa. Tiap hari kirim pesan manis, bilang "aku gak pernah ngerasa kayak gini sebelumnya." Tapi ternyata semua itu strategi manipulatif biar kamu cepat nyaman dan tergantung, lalu… ditinggal juga.
• Redflag
Tanda-tanda kecil yang sering lita abaikan. Sering meremehkanmu, suka ngatur berlebihan, atau bahkan gak bisa komunikasi dengan sehat. Tapi karena kita udah ‘keburu suka’, kita pura-pura gak lihat.
Ketika Hubungan Bikin Luka Lebih Dalam
Yang bikin sedih, pengalaman kayak gini bisa ninggalin efek psikologis yang gak main-main.
Ada yang jadi takut memulai hubungan baru, ada yang jadi overthinking terus-terusan, bahkan sampai sulit percaya orang lain lagi. Lama-lama, bukan hanya hubungan yang gagal—kepercayaan pada diri sendiri juga ikut hancur.
Trauma relasi gak melulu kelihatan dari air mata. Kadang justru terlihat dari sikap yang dingin, tertutup, atau terlalu jaga jarak.
Cinta Sehat Itu Nggak Bikin Was-was
Cinta yang sehat gak bikin kamu overthinking tiap malam. Gak bikin kamu merasa harus jadi versi "sempurna" agar layak dicintai.
Cinta yang sehat itu bikin kamu merasa aman, dimengerti, dan gak perlu tebak-tebakan perasaan tiap hari.
Kalau ada yang bikin kamu merasa "kurang cukup" padahal kamu udah jujur dan tulus—itu bukan cinta, itu jebakan.
Jangan Takut Mencintai, Tapi Cintai dengan Sadar
Kita semua berhak untuk dicintai tanpa drama, tanpa manipulasi. Tapi sebelum itu, kita juga perlu menyembuhkan diri dari luka-luka lama.
Karena cinta yang tulus datang ketika kamu udah bisa bilang:
“Aku gak butuh diselamatkan. Aku cuma pengin dicintai dengan waras.”