Industri keramik nasional mencatat rata-rata tingkat pemanfaatan produksi atau utilisasi semester I 2025 hanya 70-71 persen, dengan volume produksi meningkat 62 juta meter persegi atau tumbuh 16,5 persen dari periode yang sama tahun lalu (yoy). Angka utilisasi tersebut naik dibandingkan periode yang sama secara tahunan (year on year) sebesar 60 persen.
Meski mengalami kenaikan, tingkat utilisasi tersebut masih di bawah target industri keramik di pertengahan tahun ini yang sebesar 75 persen.
"Yang disertai mahalnya surcharge gas PGN sebesar USD 16,77 per mmbtu dan gangguan produk impor keramik dari India yang naik 130 persen di lima bulan pertama 2025, terindikasi melakukan praktik dumping, di samping pasar Indonesia sebagai salah satu negara pengalihan pasar ekspor keramik India ke AS yang terdampak perang tarif," ujar Edy dalam keterangannya, Rabu (13/8).
Dia melanjutkan, Asaki mengharapkan kehadiran pemerintah mencarikan solusi berkaitan gangguan suplai gas berupa kuota pemakaian gas murah atau Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Menurut Edy, gangguan suplai gas murah dari negara-negara Barat sekitar 60 persen dan Timur sekitar 40 persen.
"Hal tersebut sangat menggerus daya saing industri, selebihnya mulai bulan Juli sampai September pemakaian gas di atas kuota akan dikenakan harga gas regasifikasi LNG USD 14,8 per mmbtu," kata Edy.
"Ini bisa diibaratkan sudah jatuh tertimpa tangga dan jangka panjang akan berdampak pengurangan tenaga kerja, karena kebanyakan industri memilih untuk memproduksi sebatas kuota gas atau alokasi gas untuk untuk industri tertentu (AGIT) dari PGN," jelasnya.
Edy mengatakan, industri keramik semakin terdesak dengan kenaikan biaya produksi akibat kuota gas HGBT. Di sisi lain terhimpit oleh penurunan daya beli masyarakat dan gempuran produk impor dari India dan China.
"Asaki sangat mendukung rencana pemerintah untuk membuka keran impor LNG dan penerapan DMO gas, karena industri tidak bisa bertumbuh tanpa kelancaran gas dan industri tdk bisa berdaya saing dengan harga gas regasifikasi LNG USD 14,8 per mmbtu," tambahnya.