REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, – Mal ternama di Jakarta Selatan, Kota Kasablanka (Kokas) tak luput dari fenomena rombongan jarang beli alias rojali. Fenomena ini merujuk pada rombongan atau individu yang menghabiskan waktu lama di mal tetapi tidak melakukan transaksi sepadan atau bahkan tidak sama sekali.
Biasanya, rojali ini memang tidak ada niat untuk membeli, namun ada tujuan lain untuk berlama-lama di mal. Misalnya, 'ngadem', keperluan media sosial, 'cuci mata', berfoto, window shopping, rekreasi, dan hiburan semata.
Republika pada Jumat, (01/08/25) mencoba mereportase fenomena rojali di Kokas. Berdasarkan pantauan, Kokas masuk dalam kategori mal yang ramai. Segala kebutuhan primer, sekunder, dan tersier terjual rapi di sana. Pengunjung banyak memadati toko kosmetik, toko pakaian, dan restoran.
Asti (21), pengunjung Kokas mengakui dirinya sebagai rojali. Ketika berada di pusat perbelanjaan seperti mal, dia lebih sering membeli makanan saja.
“Jatuhnya mungkin aku ke mal termasuk ke golongan rojali kali ya. Karena at least kalau ke mal itu yaudah beneran cari makan aja," kata Asti saat ditemui Republika, Jumat, (01/08/25)
Dia mengaku sudah berada di Kokas dari jam 10 pagi. Menurut penuturannya, dia bisa ke mal dua hari sekali untuk sekadar keliling-keliling, memasuki beberapa toko, dan berujung hanya membeli yang benar-benar dibutuhkan saja.
“Motif aku ke mal tanpa beli apa-apa itu karena memang pengen ke mal aja, deket juga dari rumah. Jadi kalau bosen tinggal ke sini,” katanya.
Dia menyebut bahwa berkunjung ke mal bukan soal transaksi barang, melainkan untuk mengisi waktu. Barang-barang seperti pakaian, sepatu, atau aksesoris jarang masuk dalam rencana belanjanya. Dia juga mengaku ingin menghabiskan waktunya di mal tanpa melakukan transaksi, kecuali kebutuhan primer seperti makan atau minum.
"Kalau nanya-nanya tuh enggak sih, karena kan di mal kebanyakan yaudah kita bisa window shopping, kita bisa melihat," ujarnya.
Menurutnya, jika memang tidak berniat membeli, tidak perlu sampai bertanya-tanya ke penjual. Baginya, bertanya berarti sudah ada niat untuk membeli.
"Karena bagi aku kalau udah nyampe nanya-nanya yang di mal berarti udah ada conversation aku untuk mau beli gitu. Tapi kalau cuma sekadar melihat aja yaudah cuma pegang-pegang aja gitu," tambahnya.
Dia juga mengaitkan fenomena rojali dengan kondisi ekonomi yang sering dibahas di media sosial. "Mungkin relevan sama fenomena orang di media sosial yang sering dikit-dikit bilang ‘in this economy’ kalian belanja apa guys?,” tuturnya.