Daya Saing RI Anjlok 13 Peringkat, Ekonom Nilai Imbas Iklim Usaha-Birokrasi

1 month ago 5
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Suasana Gedung bertingkat di kawasan Jenderal Sudirman Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Darryl Ramadhan/kumparanSuasana Gedung bertingkat di kawasan Jenderal Sudirman Jakarta, Senin (19/8/2024). Foto: Darryl Ramadhan/kumparan

Peringkat daya saing Indonesia anjlok tajam dalam laporan World Competitiveness Ranking (WCR) 2025 yang dirilis IMD World Competitiveness Center (WCC). Dari 69 negara, posisi Indonesia merosot ke peringkat 40, turun 13 peringkat dibandingkan tahun lalu. Padahal, selama tiga tahun terakhir, tren Indonesia sempat menanjak: dari peringkat 44 pada 2022, menjadi 34 di 2023, lalu naik ke 27 pada 2024.

Penurunan tajam ini menjadi sorotan para ekonom karena bisa mempengaruhi persepsi global terhadap iklim usaha dan arah kebijakan Indonesia ke depan. Ekonom dari CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menyebut sinyal ini sebagai alarm serius.

"Ini bukan sekadar angka, ini mencerminkan persepsi global terhadap efektivitas kebijakan ekonomi dan kesiapan kita dalam bersaing di tingkat internasional," ujarnya kepada kumparan, Jumat (20/6).

Dari sudut pandang investor, kata Yusuf, peringkat daya saing adalah indikator penting. Ketika skor memburuk, muncul keraguan terhadap kepastian hukum, efisiensi birokrasi, dan arah kebijakan pemerintah. Dalam konteks persaingan antarnegara di kawasan Asia Tenggara, persepsi seperti ini bisa memengaruhi arus investasi secara langsung.

Senada, ekonom dari Celios, Nailul Huda, menyoroti dua indikator yang mengalami penurunan paling tajam dalam laporan WCR: efisiensi pemerintah dan efisiensi bisnis. Menurutnya, sub-komponen institutional framework merosot 26 peringkat, sinyal bahwa kebijakan pemerintah belum mendukung daya saing secara optimal. Ia juga menyoroti persoalan-persoalan domestik, termasuk campur tangan aparat militer di sektor ekonomi, yang menurutnya justru menambah ketidakpastian bagi pelaku usaha.

"Termasuk juga masalah premanisme, kegalauan masuk BRICS atau OECD, dan kebijakan yang memasukkan TNI di beberapa sektor terkait ekonomi. Terakhir Dirjen Bea Cukai juga dari TNI. Ini yang menyebabkan bisnis tidak efisien," jelas Huda.

Ia menambahkan, indikator Incremental Capital to Output Ratio (ICOR) Indonesia yang tinggi menunjukkan rendahnya efisiensi investasi. Kondisi ini membuat investor ragu menanamkan modalnya di Indonesia, apalagi jika dibandingkan dengan Malaysia yang tahun ini justru mencatat kenaikan peringkat.

Selain problem kebijakan, daya saing Indonesia juga dinilai tertinggal dari negara-negara tetangga dalam hal transformasi digital, transisi energi, dan efisiensi layanan publik. Menurut Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, Indonesia memang agak tertinggal dari Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam dalam menyikapi perubahan global.

Namun begitu, ia menilai posisi Indonesia yang sejajar dengan negara-negara seperti Spanyol, Prancis, Jepang, dan Portugal masih bisa dianggap cukup baik, meskipun perlu diwaspadai.

"Berada pada posisi 40 dari 69 negara, tentunya bukan sesuatu yang menyenangkan, apalagi turun 13 peringkat dalam 1 tahun. Tetapi bahwa Indonesia hampir sejajar dengan Spanyol (39), New Zealand (31), France (32), Japan (35), dan Portugal (37) rasanya agak menggembirakan," kata Wija.

Ia juga menyoroti fluktuasi peringkat daya saing terjadi cukup dinamis selama lima tahun terakhir tanpa ada perubahan signifikan di lapangan. Karena itu, menurutnya, laporan ini bisa dijadikan pemicu perbaikan, meskipun ia menganggap metodologi pemeringkatan masih belum sepenuhnya stabil sebagai produk akademik.

Ketiga ekonom sepakat, pemerintah perlu segera mengambil langkah konkret untuk memperbaiki daya saing nasional. Pembenahan regulasi dan efisiensi birokrasi menjadi prioritas jangka pendek, sementara peningkatan kualitas sumber daya manusia dan percepatan adopsi teknologi hijau menjadi agenda jangka menengah.

"Pemerintah perlu selalu memperbaiki iklim usaha. Regulasi yang pasti dan sederhana masih belum kita miliki dan perlu segera diwujudkan," kata Wija.

Ia juga menekankan pentingnya infrastruktur yang efisien, perbaikan kualitas internet, serta pembaruan sistem pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan zaman.

Read Entire Article