REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Jumlah siswa yang mengalami gejala keracunan makanan di wilayah Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, DIY, terus bertambah. Setelah sebelumnya tercatat 178 siswa terdampak, data yang dirilis oleh Pemerintah Kabupaten Sleman menyebutkan jumlah itu meningkat menjadi 212 siswa per Rabu (13/8/2025) malam.
Namun saat dihubungi oleh Republika, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Khamidah Yuliati, menyampaikan tercatat 246 siswa bergejala yang telah ditangani Dinkes Sleman baik di Puskesmas Mlati I maupun Puskesmas Mlati 2. Sementara yang masih menjalani rawat inap di RSUD Sleman ada 19 anak dan 1 anak di RSA UGM.
Data tambahan itu diketahui datang dari SMPN 3 Mlati yang juga alami gejala serupa.
"Kemarin yang pertama baru terdeteksi dari SMP Muhammadiyah III, SMP Muhammadiyah I, SMP Pamungkas Mlati. Tambahannya SMPN 3. Di data awal itu ada tiga SMP," katanya saat dihubungi Republika, Kamis (14/8/2025), malam.
"Iya (update terakhir 246 siswa bergejala -Red) sampai dengan siang," ujarnya menambahkan.
Yuliati tak banyak berkomentar banyak saat ditanya terkait penyebab keracunan massal itu terjadi. Ia menyampaikan pihaknya hanya fokus pada penanganan pasien.
"Belum (diketahui penyebab pastinya karena apa -Red). Jadi itu kan karena MBG masih diduga, belum tentu juga gitu. Kalau pertanyaan tentang MBG jangan ditanyakan ke dinas kesehatan. Karena kami hanya menangani yang sakit, artinya memang korban yang terkena diduga karena makanan itu," ucapnya.
Respons Pemkab Sleman
Insiden ini mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Sleman. Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa mengatakan akan terus memperkuat upaya penanganan terkait kasus dugaan keracunan makanan yang dialami oleh ratusan siswa dari empat sekolah di Kecamatan Mlati.
Dugaan keracunan ini mencuat setelah laporan dari Puskesmas Mlati 1 dan Mlati 2 mengenai siswa yang mengalami gejala seperti diare dan muntah. Ia menyampaikan Dinas Kesehatan Sleman langsung merespons dengan menerjunkan Tim Gerak Cepat (TGC). Selain itu, seluruh sumber daya terkait telah dikerahkan untuk memastikan kondisi para siswa membaik dan mendapatkan pendampingan yang diperlukan.
"Dari hasil evaluasi penanganan Dinkes, per-hari ini semua siswa kondisinya terus membaik. Yang paling penting saat ini kita tangani terlebih dahulu para siswa agar segera pulih dan sehat kembali," kata Danang.
Selain menangani kondisi kesehatan siswa, Danang juga memastikan Pemkab Sleman akan terus melakukan koordinasi intensif dengan Sekda dan OPD terkait untuk menentukan langkah-langkah lanjutan dalam menanggulangi kasus ini serta mencegah kejadian serupa terjadi di masa mendatang.
Terkait biaya pengobatan, Danang menyebut seluruh biaya pengobatan bagi siswa yang terdampak tidak akan dibebankan kepada orang tua ataupun pihak sekolah.
"Kita sudah diskusi dan nanti akan ditanggung oleh BPJS kesehatan yang akan dikoordinasikan oleh Dinkes dan Dinas Sosial. Artinya, masyarakat tidak dibebankan dengan biaya pengobatan," ungkapnya.
Sebelumnya, kasus keracunan ini terjadi diduga terkait konsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disalurkan ke sejumlah sekolah di Sleman. Dugaan sementara menyebutkan bahwa makanan yang dikonsumsi para siswa dalam program MBG sehari sebelumnya yakni menu rawon, yang kini tengah ditelusuri sebagai salah satu sumber potensi penyebab keracunan.
Ratusan siswa yang alami keracunan itu berasal dari empat sekolah yakni SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 2 Mlati, SMP Negeri 3 Mlati, dan SMP Pamungkas Mlati.