Dirjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN), Moga Simatupang, mengatakan biang kerok hilangnya beras dari rak-rak ritel modern itu disebabkan oleh beras Bulog atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang belum terdistribusi ke ritel modern.
Menurut Moga, berdasarkan laporan dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), ritel modern baru menerima 540 ton beras SPHP.
Sementara untuk periode Juli-Desember 2025, pemerintah akan menyalurkan 1,3 juta ton beras SPHP kepada masyarakat. Tujuannya agar bisa meredam harga beras di pasaran, usai panen raya berakhir.
“Sejauh ini memang untuk retail modern, berasnya laporan kemarin dari Aprindo, baru 540 ton yang masuk. Dan kita harapkan dalam waktu dekat ini pasokan SPHP akan segera disalurkan,” jelas Moga di Kantor Kemendag, Jakarta, Rabu (6/8).
Moga mengatakan distribusi beras SPHP ini berdasarkan keputusan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) di Kemenko Bidang Pangan. Dalam rapat itu pemerintah sepakat untuk mulai mendistribusikan beras SPHP pada 17 Juli hingga akhir tahun.
“Rakortas 17 Juli Kemenko Pangan sudah diputuskan mulai tanggal 17 Juli sampai 31 Desember disalurkan beras SPHP,” jelasnya.
Sebelumnya Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN) Kemendag, Iqbal Shoffan Shofwan, mengatakan kelangkaan beras di toko ritel modern bukan karena penarikan.
Dia menyebut hal ini disebabkan proses verifikasi atau pengecekan, salah satunya kesesuaian antara informasi dalam kemasan dengan produk di dalam kemasan juga SNI. Proses ini membuat proses masuknya produk ke toko hingga dipajang menjadi lebih lama dari biasanya.